Chapter 41 : Sebuah peringatan

521 21 0
                                    

"Kalian sudah bisa saling berciuman." ucap Pastor setelah Michael dan Felicia bertukar cincin dan saling menggenggam tangan.

Michael pun membuka kerudung tipis yang menghalangi wajah cantik Felicia yang sekarang sudah menjadi istri sahnya. Tangannya bergerak ragu-ragu menangkup wajah Felicia yang nampak malu-malu lalu menempelkan bibirnya ke bibir Felicia. Tak lama, keduanya tenggelam juga dalam ciuman mesra yang mereka nantikan selama ini.

Suara tepukan para tamu terdengar saat Michael melepas pagutan bibir sambil tersenyum bahagia.

"Terima kasih sudah mau menjadi istriku. Aku bahagia sekali." Michael tersenyum hangat. Tak melepaskan pandangan matanya sambil sesekali membelai lembut pipi Felicia.

"Aku yang bahagia sekali, suamiku. Dari jutaan wanita yang masih suci kau memilihku yang kotor ini."

"Memang manusia tak luput dari dosa. Tapi kau mencoba tak mau mengulangi kesalahan yang sama. Kau merusak diri tapi juga mau memperbaiki diri, hingga yang kau butuhkan sekarang adalah orang yang akan menuntutmu ke jalan Tuhan. Aku tidak mengajarimu. Kita bersama-sama belajar meraih jalan yang lurus dan benar."

Sementara dalam duduknya, Elina merasa terharu sekaligus bahagia ketika mengikuti pemberkatan yang berlangsung penuh khidmat. Tak bisa lama-lama Elina berdiri ingin pergi ke kamar mandi tak kuasa menahan air mata yang turun dari kelopak mata. Namun tidak semudah itu, tangan Sean berhasil memegangi pergelangan tangan Elina saat wanita itu baru saja melangkah.

"Ada apa?" tanya Elina pelan sambil berusaha menepis cekalan tangan kuat Sean.

"Ikut aku sebentar." Sean menggandeng Elina untuk mengikutinya.

Elina hanya diam mengikuti tanpa merespon. Dengan patuh ia mengikuti Sean yang ternyata pria itu membawanya jauh dari keramaian.

"Kenapa tidak pulang ke mansion selama tiga minggu ini?" tanya Sean begitu sudah menemukan tempat sepi.

Elina mengarahkan pandangannya menatap lurus akan pemandangan pantai disertai ombak kecil yang bergulung-gulung. "Pergi ke Roma." jawabnya singkat.

"Pergi ke mansion Julian membuat dirimu lebih berisi sekarang."

Pernyataan Sean sontak membuat Elina terkejut. Pikirannya berkelana memikirkan Sean pasti mengirimkan anak buahnya untuk mengawasinya.

"Kau mengatakan aku gemuk?" tanya Elina tidak terima sambil kembali menghadap Sean.

Wanita manapun akan sensitif dikomentari mengenai postur tubuhnya. Terlebih Elina pun menyadari bahwa berat badannya memang naik. Selama tinggal di mansion Mama Rachel ia hanya makan dan tidur tanpa melakukan aktivitas apapun.

Sean menahan getaran tubuhnya untuk tidak memeluk istri yang ia rindukan. Tidak melihat selama tiga minggu, Elina terlihat lebih menggemaskan.

Pandangan matanya menyapu seakan menilai perubahan yang terjadi. Bibir dengan lipstik berwarna merah sudah menganggu sejak awal. Lalu matanya mengarah pada leher jenjang mulus Elina berhiaskan kalung dengan liontin S. Sean semakin memandang ke bawah, nampaknya payudara Elina terlihat lebih besar dari balik gaun putih itu.

"Berhenti memandangiku seperti itu." Elina memprotes sebab tatapan Sean sudah seperti orang mesum.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaan anak kecil itu di Roma. Dia tidak ikut balik?" tanya Sean.

Elina lebih suka mendengar anakmu ketimbang anak kecil itu. Atau Sean bisa menyebutkan nama saja jika ingin tahu.

"Blue masih betah di Roma. Seminggu lagi mungkin mama Rachel akan memulangkan Blue ke Brooklyn karena mereka sudah berjanji akan pergi liburan ke Brazil." Terpaksa Elina memberitahu.

REVENGE DESIREWhere stories live. Discover now