Chapter 28 : Penyerangan

588 20 0
                                    

Sekelebat kenangan indah dan buruk masa itu muncul dalam pikiran Sean begitu saja. Terhanyut oleh kenangan itu, Sean tidak menyadari bahwa mobilnya sudah sampai di katedral tepat di jam sepuluh pagi.

Sean mengerutkan alisnya bingung ketika melihat tiga mobil mewah dan pengawal berpakaian serba hitam berperawakan Asia berada di sisi mobil tersebut. Orang seperti mereka tidak mungkin datang untuk sekedar berdoa melainkan mengawal seseorang yang sedang berada di dalam katedral.

Namun siapa orang itu?

Sean sudah menyiapkan pistol yang ia selipkan di belakang dekat pinggangnya. Berjaga-jaga sesuatu terjadi karena para pejabat yang dijebloskan di penjara pada kasus kemarin sudah pasti mengetahui keberadaannya. Tak heran mereka tidak akan diam saja. Mereka akan memerintah anak buahnya di balik jeruji besi untuk melakukan balas dendam padanya.

Namun sejenak, melihat para kerumunan pengawal di katedral membuat pikiran Sean melalang buana. Siapa orang yang berada di dalam?

Oh, tidak! Seketika firasat tidak enak muncul di dalam benak Sean.

Sean terenyak dari pikiran negatif ketika ponselnya bergetar. Dengan cepat Sean merogoh sakunya dan menempelkan benda pipih itu pada telinganya.

"Ini darurat, Monsieur." Gaston langsung to the point tak ingin basa basi begitu panggilan sudah tersambung.

"Ada apa?"

"Putra satu-satunya Jonathan Saliba, rupanya pria tua bangka itu akan balas dendam kepadamu karena baru saja Monsieur Steve hampir saja tertembak di parkiran hotel oleh anak buahnya. Aku juga sudah menginfokan untuk Eric berhati-hati di Amerika. Sepertinya dia bukan hanya mengincarmu Monsieur, tapi orang-orang yang berada di dekatmu saat ini. Mereka sudah tahu kau berada di Paris."

"Aku akan waspada," ucap Sean dengan tenang namun tidak dengan pikirannya. "Kau urus semua kerusuhan yang terjadi dan hapus cctv di lokasi kejadian tanpa kentara."

Sean segera memutuskan sambungan.

Jonathan Saliba adalah salah satu orang yang masuk ke penjara gara-gara kasus suap menyuap pada gerai Willmart de Paris. Masih banyak lagi yang akan berniat mencelakai dirinya.

Oh, Shit. Dia lupa tak membawa pengawal.

Begitu turun dari mobil, Sean berjalan santai sambil mengamati sekitarnya melalui ujung ekor matanya. Pintu utama gereja yang tertutup menandakan ada yang tidak beres. Namun Sean tidak mau bertindak gegabah. Melalui pintu barat, Sean berhasil masuk ketika penjaga gereja mempersilahkan masuk.

Sayup-sayup Sean mendengar pendeta sudah mengucapkan doa.

"Demi nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kami sungguh percaya akan kasih-Mu yang tiada batas. Hari ini, kami berdoa sungguh-sungguh memohon ampun agar engkau melepaskan Selena Marion Cotillard dari segala dosa-dosanya. Semoga engkau memperkenalkan Selena memasuki hidup abadi di surga dan bisa memandang kemuliaan cahaya-Mu."

"Semua ini kami mohon kepada Bapa dari segala-Nya untuk mengasihi dia yang pergi mendahului kita."

Langkah Sean semakin dekat dan ia menyadari bahwa kemungkinan Claira atau Elina menyewa ruangan Katedral ini karena hanya mereka saja yang hadir.

Tapi beberapa detik kemudian, mata Sean melebar tak percaya ketika sosok pria paruh baya muncul dari pintu timur laut dan berdiri di belakang kursi Elina, Claira dan Blue serta langsung menundukkan kepala sambil menjalin jari-jemari untuk ikut berdoa.

Dalam kejauhan pun, walau menggunakan topi dan masker ia tahu bahwa orang tersebut adalah Ōkuma Masayoshi.

Tapi untuk apa kedatangan dia di sini? Atau firasat Sean saat ia menyelidiki Ōkuma Masayoshi benar adanya? Itulah sebabnya saat Elina mengajukan diri ia menerima langsung tawarannya. Karena ia ingin memastikan sesuatu hal.

REVENGE DESIREWhere stories live. Discover now