Chapter 25 : Nasihat Steve

911 22 0
                                    

Anyway aku kepo kalian yg baca udah pernah belum baca cerita ini karena ini cuma republish aja dengan alur yang sama di akun wp pertamaku?

***

Jauh dari lubuk terdalam, pergi ke Paris bersama Sean bukan bagian yang diharapkan Elina. Wanita itu akan meninggalkan VIP lounge dan kembali pulang ke mansion, tapi niatnya diurungkan kembali, mengingat Blue sudah lebih dulu dibawa ke dalam private jet milik Sean.

Dengan langkah enggan, Elina berjalan di landasan pacu sembari matanya mencari keberadaan Sean dan lima menit kemudian, menemukan suaminya berbicara dengan Steve di anak tangga private jet.

"Lama sekali." sembur Steve ketika Elina berada tak jauh dari jangkauannya.

"Aku tidak menyuruh kalian menunggu." jawab Elina tak merasa bersalah sama sekali. Ia membenarkan letak kacamata dan selendang hitam untuk menutupi wajahnya dari paparan sinar matahari yang sangat menyengat siang hari ini.

"Pantas saja petugas keamanan bandara mengira dirimu buronan. Kau selalu berpenampilan seperti ini jika ke bandara?" tanya Steve sambil menilai penampilan istri dari sahabatnya itu.

Ini pertama kalinya Steve berjumpa dalam waktu yang lama. Maksudnya bertegur sapa selayaknya. Tidak seperti saat di pesta Harvard, Steve hanya berjabat tangan saling mengenalkan nama. Dan saat di pesta pernikahan, ia hanya mengucapkan selamat menempuh hidup baru. Setelahnya tidak ada interaksi lebih.

Sejak awal Elina keluar dari pintu imigrasi, Steve berusaha membaca tipe seperti apa wanita ini. Kehidupannya yang misterius begitu menantang untuk dikupas secara tuntas. Bisa-bisanya wanita itu menutupi identitas aslinya padahal marga belakangnya sangatlah istimewa.

"Petugas bandara tidak akan menahanku jika kalian tidak berbuat ulah." ujar Elina ketus sambil memutar matanya sebal.

Elina sendiri sedari tadi tidak memandang ke arah Sean karena masih melawan akan hatinya sendiri. Permintaan maaf yang diucapkan, menurut wanita itu tidak tulus dan penuh dusta.

Ujung-ujungnya Sean hanya meminta hubungan seks semata.

Steve yang ingin membuka suara tertahan mendengar bunyi heels semakin mendekat. Dan benar saja dari balik pintu pesawat, seorang pramugari berdiri dengan sikap tenang serta jangan lupakan seragam ketat yang tercetak sempurna di lekuk tubuh pramugari tersebut.

"Permisi, Mr. Robinson, Mr. dan Mrs. Williams, pesawat sudah siap lepas landas tinggal menunggu kalian duduk di tempat yang sudah disediakan." kata Pramugari cantik dengan suara merdunya menyampaikan info sambil menunduk hormat.

Sean tanpa sepatah kata pun, langsung masuk lebih dulu disusul oleh Steve dan Elina. Ketika Elina hendak menuju lorong kursi, ia menengok ke belakang ketika pramugari cantik itu menepuk pundaknya pelan.

"Maaf, Mrs. Williams, bolehkah aku meminta foto selfie denganmu?" Nada sopan pramugari membuat Elina enggan untuk menolak.

"Boleh?" Tak ada tanggapan dari Elina, pramugari meminta izin lagi.

"Untuk apa?" tanya Elina akhirnya.

"Aku sejujurnya mengidolakan dirimu, Ma'am. Saat kau tampil di pernikahan, kau sangat cantik di televisi. Jika dilihat langsung pun kau bertubuh mungil dan benar-benar mengagumkan," pekik pramugari saking senangnya ia merangkul pundak Elina sebelum wanita itu mengizinkan. "Kau layaknya model papan atas seperti Zoia Mossour. Dia persis sepertimu."

Elina tak menanggapi tapi berusaha tersenyum manis saat pramugari mulai mengarahkan layar ponsel tanda ia siap akan memotret.

"Terima kasih," ucap pramugari setelah mengecek hasil fotonya. Sebagai balasan darinya, Pramugari hanya bisa mendoakan yang terbaik. "Semoga langgeng pernikahanmu Ma'am. Aku tak sabar menanti anak kalian lahir akan secantik dan seganteng apa mereka nanti."

REVENGE DESIREDonde viven las historias. Descúbrelo ahora