Chapter 34 : Seks tanpa paksaan

1.7K 23 0
                                    

Setelah pernyataan cinta Sean tidak buang-buang waktu lagi. Kesempatan tidak datang dua kali. Dengan cepat ia melakukan aksi, melumat bibir Elina seraya merebahkan wanita itu yang terlihat tak memberontak. Kemudian ia berani menindih tubuh istrinya dengan kedua tangan menahan bobot tubuhnya sambil tangan lain bergerak kurang ajar menjalar, meraba bagian tubuh sang istri.

Ketika jari-jari tangannya meraba penuh sensual lekuk pinggangnya, Elina merasakan tubuhnya berdesir hebat, serta sarafnya terasa lumpuh kala menerima sentuhan tersebut. Selalu sama seperti sebelumnya, kini aliran darahnya bagai disengat listrik jutaan volt semakin menggetarkan jiwa.

Sekarang Elina mengingat jelas percintaan panasnya dengan Sean. Sudah pernah Elina katakan bukan? Otaknya selalu memiliki memori tersendiri untuk pria itu. Kendali otaknya memiliki ruang untuk menyimpan detail akan cara Sean memuaskan inti miliknya menggunakan jari, lidah dan benda panjang, keras, berurat nan kokoh itu.

Terbilang ironis memang! Walau pikirannya selalu menolak mentah-mentah, namun seluruh jaringan sel pada tubuhnya menerima jamahan belaian Sean. Sedari dulu selalu.

Pengecualian untuk kegiatan panas yang dilakukan saat Julian tak sengaja datang ke mansion.

Kala itu, Elina merasa dirinya sangat dilecehkan sebagai wanita dan ia tak terima diperlakukan seperti itu. Ia tak suka diperlakukan dianggap jalang yang habis pakai.

Hal itu membuat kubangan kenangan yang sudah lama ia pendam bersarang kembali muncul membentuk luka batin baru. Mengingatkan akan pekerjaan sang ibu dulu. Membawa pria lain datang ke dalam rumah lalu berganti dengan wajah pria lain di malam berikutnya.

Membayangkan saja membuat muntah. Tidak ada kenikmatan sama sekali akan malam itu, bahkan ia seperti wanita terbawa perasaan yang selalu mengungkit momen itu karena kejadian yang sangat tidak menyenangkan sepanjang ia hidup. Dan patut digarisbawahi, momen itu akan membekas sampai akhir hayat hidupnya.

Menghempas jauh-jauh masa lalu yang datang tanpa permisi, Elina sadar saat gelenyar aneh yang sempat ia rasakan saat menyaksikan film Meksiko tersebut, kini haluan mesumnya menjadi kenyataan.

Ugh... kini sentuhan tersebut dapat ia rasakan dan menyebabkan bagian bawah inti miliknya sudah berkedut dan nampaknya sudah basah.

Elina mulai merasakan ciuman lembut Sean kini berubah menjadi ciuman yang bergairah. Keduanya terlarut dalam ciuman panas yang menggairahkan.

Dua insan yang sudah dipenuhi nafsu yang meletup-letup bagai bara api yang membara. Kedua bibir yang sudah bersatu dalam pagutan yang mesra kini berubah menjadi lumatan yang liar dan agresif namun intens. Saling membelitkan lidah seolah mencari kepuasan di rongga mulut satu sama lain.

Suara cecapan di dalam kamar hotel pun melantun dengan sangat merdu mengalahkan kicauan burung yang sedang bersenandung ria sedang hinggap di pinggir jendela hotel.

Sepertinya kedua makhluk hidup ciptaan Tuhan tersebut saling berlomba menentukan melodi siapa yang paling sedap didengar.

Mereka berciuman seperti orang yang baru melepas dahaga setelah berpuasa cukup lama. Terhanyut akan kemesraan serta gelora seksual yang menggebu-gebu sampai menulikan pendengaran mereka.

Kedua insan tidak mendengar ponsel mereka berdering bergantian. Bahkan telinga mereka memang tidak berfungsi dengan baik saat ini karena lagi-lagi tidak mendengar bel pintu yang juga terus berbunyi di detik yang sama.

Elina tak menolak, Sean pun tak mau berhenti. Mungkin yang dikatakan Sean memang akan terjadi. Mereka akan kembali ke ranjang dengan gejolak nafsu berahi yang meledak-ledak dan menginginkan satu sama lain.

Percintaan kali ini tidak ada unsur keterpaksaan sama sekali.

Sean melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Elina. Pria itu pun tak membiarkan Elina bernafas dalam sedetik pun. Hidung Sean mulai bergerak berlarian menyentuh garis rahangnya, hidungnya, mencium kedua matanya dan mengecup kembali bibir ranum kesukaannya.

REVENGE DESIREWhere stories live. Discover now