Chapter 67 : Penjelasan lebih lanjut

513 22 0
                                    

POV ELINA

Setelah aku mengumumkan mengenai Brown Alexander dan Blue Alesha pada Sean, suamiku malah hendak pergi meninggalkan kamar.

Untungnya aku berhasil menahan dia di ambang pintu dengan cara memeluk pinggangnya sangat erat dan membenamkan wajahku yang mulai basah oleh air mata tanpa permisi sejak bercerita tadi pada punggung suamiku.

"Sama halnya denganmu yang mengatakan jangan merasa bersalah pada kematian Mónica, aku juga akan mengutarakan yang sama." Sean berusaha melepas namun aku semakin mengeratkan kedua tanganku, tidak membiarkan sama sekali Sean untuk bergerak.

"Jangan pergi lagi. Kali ini aku membutuhkanmu." kataku lirih meminta.

Tidak peduli bahwasanya aku sudah merobohkan pertahanan diriku sekarang. Toh, harga diriku sudah turun ketika bersama Sean kala di Las Vegas malam itu. Aku tidak mau kehilangan orang yang begitu sangat mencintaiku. Sungguh aku tidak mau mengalami hal sama lagi terulang kembali, ketika hamil tanpa ada orang yang sepatutnya bertanggung jawab karena sudah menebar benih dalam rahimku.

Dengan kehamilanku, aku yakin ini cara tidak terduga oleh sang pencipta agar rumah tangga dengan suamiku tidak hancur berantakan. Aku tidak mau bernasib tragis atas kisah percintaan Sherina dan Selena yang tidak hidup bahagia dengan pasangan masing-masing. Akan kutuliskan sendiri kisah cintaku bersama Sean beserta kenangan indah yang terjalin.

Cerita lama tidak akan kubiarkan terulang, bahkan singgah kembali dalam ingatanku pun jangan. Sudah kutanamkan dalam hati, pikiran, batin dan otak bahwa kisah percintaan mereka berbeda dengan kisah hidupku.

Jalan orang berbeda-beda dalam menggapai suatu tujuan. Aku bertekad memilih menulis garis cintaku dengan penaku sendiri tanpa embel-embel meminjam lagi pena dari sang nenek dan ibu. Maksudku, kisah Sherina dengan Leonardo dan Papa Julian, Selena dan Pablo sudah tidak kujadikan pelajaran. Kuhempas jauh-jauh agar menyingkir dalam pikiran baruku.

Aku juga sudah membuang keras kepala dalam diriku dan tidak akan menyia-nyiakan pria yang sudah jatuh cinta padaku sekitar hampir sebelas tahun lamanya. Sangat bodoh jika aku melepaskan berlian mahal tanpa tahu masa depanku akan seperti apa.

Apalagi jika boleh jujur aku pernah menyukai Sean masa itu saat pertemuan pertama. Semakin menghabiskan waktu bersama dan melakukan percintaan panas, yang kini bisa kusebut bercinta bukan hanya hubungan badan semata, entah sejak kapan aku tidak menyadari telah ada benih cinta tumbuh secara perlahan.

"Tidak perlu membutuhkan waktu tiga minggu, akhir-akhir ini kau berhasil membuatku jatuh cinta padamu dengan caramu sendiri. Kau menang dalam permainan yang kita buat." ujarku dan selama beberapa detik aku sengaja menjeda untuk menunggu pernyataanku dibalas, namun hanya ada kesunyian, sehingga aku berkata lagi karena Sean memilih diam.

Aku tahu pasti dia senang. Tapi tidak sanggup menjabarkan lewat kata jadi dia hanya mengenggam telapak tanganku di atas perutnya.

"Kematian Brown jangan pernah kau berpikir kesalahanmu. Buang jauh-jauh jika sempat terlintas dan berhenti menyalahkan ketidakbergunaanmu. Aku memang sedih dan terpukul tapi semua tergantikan dengan adanya Blue. Aku senang bisa merawat dan menjaga Blue yang sudah kuanggap seperti anak kandung sendiri bukan anak adopsi. Kuharap kau bisa menerima keputusanku."

Perlahan tanganku mulai mengendur, berpindah tempat dan berdiri menghadap Sean. "Kau percaya pada keajaiban?" Aku bertanya namun tak ada jawaban.

Berani tanganku terulur meraih salah satu tangan suamiku dan membantu meletakkan telapak tangan di atas perutku setelah mengangkat t-shirt yang kukenakan. "Sean, kita akan memiliki bayi kembar."

Dari wajah penuh kesedihan dan merasa bersalah, Sean berubah menjadi sangat terkejut hingga respon yang dia lakukan hanya mengelus perutku, menatapku datar, menatap perut dan melakukan hal sebelumnya dalam satu menit seolah tidak mempercayai perkataanku.

REVENGE DESIREWhere stories live. Discover now