Saat ini, perasaan Alana campur aduk. Dan yang lebih banyak rasanya, adalah rasa rindu untuk Gilang yang jauh. Mungkin Alana belum terbiasa dengan hubungan jarak jauh. Namun, jika terlalu lama seperti ini, apakah Alana, tahan? Atau justru Alana semakin melupa dengan, Gilang?

Ah! Pikir saja yang saat ini! Jujur saja! Jika saat ini yang di pikirkan, Alana tidak kuat menjalani hubungan jarak jauh seperti, ini? Apalagi di posisinya yang sedang hamil seperti ini? Posisi dimana ia ingin selalu berada didekat Gilang.

Ah! Dirinya belum siap merindu! Namun, semesta sudah memberikan jarak yang jauh untuk dirinya dan Gilang.

Ah lagi dan lagi, Alana harus berurusan dengan jarak.

****

Setelah kepindahan Alana dari sekolah pondok ke sekolah swasta, kini perempuan itu menjalin hubungan jarak jauh dengan Gilang.

Ha? Seriously?!

Bagaimana mungkin Alana yang notabene tidak suka dengan Gilang, dan sekarang malah menjalin hubungan. Ah! Semesta memang mempermainkan hatinya!

Alana telah menjatuhkan hatinya pada Gilang. Guru ngajinya yang paling tidak ia sukai.

Memang benar jika Tuhan telah membolakkan-balikkan perasaan manusia dengan mudahnya. Dan sekarang terbukti. Ternyata rasa benci memang benar-benar menjadi rasa sayang. Ah!

Gilang yang menurut Alana sangat lucu. Membuatnya gemas pada Gilang, sehingga ingin membuat Alana ingin mencekik leher Gilang. Lucu-lucu menggemaskan ya Gilang namanya.

Pernah suatu hari, mereka telah menjalin hubungan sudah lama. Dan ketika itu, Gilang menanyakan ukuran sepatu Alana dan ukuran baju Alana. Di situ, Alana berharap jika Gilang akan memberikannya kado yang sudah di ekspektasikan dari pertanyaan Gilang. Karena waktu itu juga mendekati hari ulang tahun Alana. Perasaan senang cukup menggebu di hati Alana. Firasat baiknya telah kuat. Membuat banyak kupu-kupu berterbangan didalam perut Alana. Rasa senangnya membuncah. Alana mendadak menjadi perempuan yang paling beruntung di dunia. Right!

Namun, kado tersebut tidak sesuai dengan ekspektasinya. Gilang telah memberikannya kado seuntai gantungan kunci.

Di situ, Alana malah tertawa geli. Ingin sekali rasanya Alana tertawa paling keras. Laki-laki itu lucu. Laki-laki itu beda dari yang lain. Gilang adalah manusia unik yang pernah di temui Alana pada saat itu. Ah Gilang!

Manusia super duper lucu itu adalah Gilang Ramadhan.

Oke! Kembali ke topik!

Kini, Alana melakukan hubungan jarak jauh dengan Gilang. Entah berhasil atau tidak, kini Alana dan Gilang sudah berbeda pulau. Mereka di pisahkan oleh luasnya lautan. Tanpa adanya kata putus, dan hanya berhubungan sebatas via pesan saja.

Mungkin, hubungan ini tidak akan berhasil.

Dan sekarang, Alana bersekolah di salah satu sekolah swasta tingkat SMA. Alasan kepindahan Alana, memang problematika dari kedua orang tuanya. Entah hal seperti apa yang membuat Alana hingga ia lebih memilih untuk bersekolah diswasta.

"Alana, boleh minjem pensil, nggak?" tanya teman perempuannya yang duduk di sebelah Alana.

Tak lain, kebanyakan teman Alana saat ini adalah temannya waktu ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Terhitung satu tahun saja Alana bersekolah pondok.

Alana yang memang mempunyai wajah judes, namun berhati hello kitty, gadis itu langsung memberikan pensilnya.

Alana kembali berfokus pada tulisan yang diterangkan oleh gurunya di papan tulis. Namun, fokusnya sedikit terganggu, karena ia kepikiran Gilang. Sekarang, mereka sudah berbeda pulau. Entah berhasil atau tidak hubungan jarak jauh ini, Alana hanya ingin menjalani yang sekarang saja.

Setelah bel istirahat berbunyi, Alana menutup bukunya. Ia bernapas dengan lega. Perutnya sudah keroncongan. Cacingnya sudah mulai meronta-ronta.

"Alana," panggil salah satu temannya.

Sekali lagi, wajah Alana memang datar. Terlihat judes siapa saja yang melihatnya.

"Mau kemana?" tanya temannya itu.

"Mau kekantin," jawabnya dengan datar.

Alana menganggukkan kepalanya.

"Gue ikut," katanya.

Alana hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Alana terlihat cantik dengan seragam sedikit ketatnya. Karena memang gadis itu menyukai pakaian yang sedikit mepet dengan tubuhnya. Dan sudah menjadi ciri khas seorang Alana.

Sepanjang koridor menuju kantin sekolah, banyak pasang mata yang memperhatikannya Alana berjalan. Yups! Gadis itu menjadi pusat perhatian.

"Alana?!" salah satu teriak temannya yang membuat Alana menoleh ke sumber suara.

Alana hanya mengangkat satu alisnya untuk bertanya 'kenapa?'

"Lo beneran, Alana? Gila! Makin cantik aja lo,"

Alana hanya mampu menampilkan senyuman devilnya.

Setelah mendapatkan teguran dari temannya tadi, Alana melanjutkan perjalanannya menuju kantin. Perutnya sudah sangat lapar.



CINTA PALING RUMIT ( Update setiap Hari)Where stories live. Discover now