2. (Maka) kita akan bertemu

610 90 0
                                    

Dalam penglihatannya, kamar itu dingin namun anak lelaki yang baru menginjak SMP itu hanya mengenakan piyama sutra yang tipis.

Dalam penglihatannya, kamar itu gelap, di samping ranjang dan di depan laci penyimpanan, kursi di simpan dengan tali yang menggantung di atasnya.

Dalam penglihatannya, anak lelaki itu benar-benar melakukannya. Mengakhiri hidup sambil menyebut Ibunya berkali, bertanya kenapa Ibunya sampai tega meninggalkan dia.

Mengatakan bahwa, dia tidak bisa hidup tanpa Ibunya.

Alura meremas bantal UKS, posisinya yang berbaring menyamping memudahkan dirinya untuk menenggelamkan wajah ke bantal.

Ini bermula saat Alura tidak sengaja melihat anak berseragam SMP yang duduk di halte bis, di tangannya terdapat goresan yang mengeluarkan darah membuat Alura dapat melihat kematiannya dengan jelas.

Padahal ini sudah beberapa hari yang lalu, namun kilasan kematiannya selalu hadir saat Alura menutup netra. Alura merasa hidupnya menyebalkan, kenapa dia harus menderita karena melihat kematian menyeramkan?

Dan yang paling membuat Alura menderita adalah, dia ... tidak bisa menyelamatkan anak lelaki itu.

Jika begitu, lantas kenapa Tuhan memberikan kekuatan ini pada Alura? Padahal Alura bukan seseorang yang bisa menyelematkan setiap orang yang tidak sengaja dia lihat kematiannya.

Sepertinya Tuhan hanya ingin Alura menderita saja dengan memberikannya kekuatan seperti ini di saat Alura ingin hidup normal.

Alura berdecak dalam tangisnya, dia terisak keras, membiarkan mulutnya menjerit untuk pelampiasan rasa sakitnya mengingat di UKS ini hanya terdapat dirinya seorang. Alura tidak perlu malu.

"Ck, kenapa ibunya harus pergi ninggalin dia? Kenapa anak itu harus bunuh diri? Kemana ibunya pergi?" Tanya Alura di tengah isakan tangisnya dengan air mata mengalir membasahi bantal.

Sontak pergerakan tangan Van yang ingin merusak gorden yang menghalangi keduanya terhenti, dia mengerjap tatkala pendengarannya mendengar kata 'Ibu' keluar dari gadis yang entah siapa.

Van melepas pegangannya di gorden sebelum mengalah, beranjak pergi meninggalkan UKS dengan mencoba menahan emosinya agar tidak membanting pintu UKS.

"Van? Gak jadi tidur di UKS?" Pertanyaan beruntun itu datang dari Ditto yang tidak sengaja berpapasan.

"Ck, kagak lah! Lo lihat sendiri mata gue melek." Jawab Van ngegas.

"Kenapa?" Tanya Ditto kalem, tidak terganggu dengan jawaban super sewot itu.

"Berisik. Ada setan nangis." Balas Van ngasal membuat Ditto mengangkat sebelah alisnya.

**

Van menghembuskan asap rokok dari bibirnya sebelum menghisap sebatang rokok itu sambil menyandarkan belakang tubuhnya ke motor ninja berwarna biru dongker miliknya yang terpakir.

Sementara anggota inti Cruz pun memakirkan motor sedikit di belakang motor Van, bersama dengan motor milik puluhan anggota Cruz yang lain. Mereka parkir di lapangan gersang dekat perkampungan yang terletak jauh dari jalan raya.

Jonash sedang berjongkok sambil merokok dan sesekali membenarkan letak topinya yang tidak pernah lepas dari kepalanya, sedangkan Ian tengah memakan bihun gulung yang dia beli barusan saat ada penjual lewat. Ditto hanya melipat tangan, menatap sekitarnya dengan wajah kalem sementara Yasa juga bersandar pada motor ninja merah miliknya, sedangkan Ren belum turun dari motor sama sekali, dia masih memakai hoodie hitamnya, menenggelamkan kepala pada lipatan tangan di atas tangki motor.

Sementara anggota yang lainnya pun masih sibuk sendiri, bercanda, main ponsel dan mengobrol dengan keras sebelum perhatian mereka teralihkan bersamaan dengan suara motor yang saling sahut menyahut mendekat, parkir tepat di hadapan Cruz meskipun mengambil jarak puluhan meter darinya.

Jika Kamu Mati BesokDove le storie prendono vita. Scoprilo ora