39. Jika tembok dibangun tinggi

349 74 27
                                    

"Justin lo gila? Ngapain berduaan sama anak cewek di ruang Osis?" Tanya Ditto membuat Alura yang mendengarnya menggeleng.

"Kita gak berdua, Dit." Ujar Alura menunjuk pada perempuan berambut panjang yang tengah duduk di samping meja Justin dalam meja yang berbeda, tengah mengerjakan sesuatu dengan laptopnya.

"Lah? Agnes?" Tanya Ditto ketika mendapati teman sekelasnya.

Agnes memang mantan sekretaris Osis, sih.

"Niatnya gue mau nongkrong aja di ruang Osis sekalian ada hal yang harus gue sama Agnes beresin buat terakhir kalinya masalah Osis. Tiba-tiba Tian nelpon dan suruh jagain Alura sementara dia mau hajar Van. Yah ... lo juga tahu watak Tian gimana, dia pasti gak terima setelah ketua lo banting dia di kantin." Ujar Justin menjelaskan.

Ditto jadi menghembuskan napas kasar, dia memang dekat dengan anak Osis dan kenal mereka lebih jauh juga. Tapi masalahnya saat di kantin, dia juga tidak bisa menghentikan Van yang membanting Tian, Ditto hanya membantu Tian berdiri setelahnya.

"Tapi Tian cari masalah." Gumam Ditto sebelum beranjak berdiri, mendekat ke arah meja Justin.

"Justin. Kenapa lo iyain aja buat bantu Tian?" Tanya Ditto membuat Justin mendelik.

"Boro-boro anjir. Tahu-tahu itu cewek udah nongol sendiri di sini." Sahut Justin.

"Lo gak tahu kalau pawang Alura itu gigit?" Bisik Ditto sambil mengedikan netra pada Alura di belakangnya membuat Justin mengerjap.

"Tian sih udah mampus, tapi kalau Van tahu lo bantuin, nanti lo kena getahnya juga. Dia itu paling benci sama elo, anjir. Gak kapok lo pernah masuk Rumah Sakit gara-gara dia?" Tanya Ditto membuat Justin termenung.

Justin memang pernah sekarat karena Van menghajarnya habis-habisan setelah Justin mengajukan larangan agar anggota Cruz tidak ikut menonton tanding basket Ditto. Waktu itu Justin kena hajar tanpa aba-aba.

"Tapi sekarang gue gak terlibat, anjir. Bodo amat, lah!" Tukas Justin mengedikan bahu sebelum tersadar sesuatu.

"Lo bilang pawang, Alura sama Van beneran udah jadian?" Tanya Justin, sedikit dia juga mendengar gosip mereka.

"Otw." Ujar Ditto yakin membuat Justin beroh-kecil.

Ditto jadi melirik Justin sebelum mengetuk meja beberapa kali, "jangan berani ngincer lo, punya ketua gue itu!"

"Kan masih otw." Sahut Justin menyeringai tengil.

Ditto menahan untuk mengumpat, "Otw tapi pasti, lo gak pasti kalau masuk sekarang."

"Dih, siapa lo? Ngatur. Selagi belum jadi cewek orang kan sah-sah aja."

"Gue itu lagi menyelamatkan nyawa elo! Seharusnya lo berterimakasih!" Sahut Ditto membuat Justin tertawa pelan.

"Semua anak sekolah ini emang buaya." Gumam Ditto sambil kembali untuk duduk di samping Alura.

"Berarti lo juga dong?" Tanya Justin membuat Ditto memutar bola mata.

"Alura, mau permen?" Tanya Ditto menjulurkan telapak tangannya yang dipenuhi permen kiss merah.

"Mau, makasih." Ujar Alura sebelum membuka dan memasukannya ke dalam mulut.

Justin yang melihatnya menggeleng pelan, "kayak jagain anak lo."

"Berisik." Tukas Ditto membuat Justin kembali mengobrol dengan Agnes terkait pekerjaannya yang belum selesai.

Ditto ini sedang menjaga calon ibu negara.

"Alura, lo bosen? Mau main hape gue?" Tanya Ditto lagi membuat Alura menggeleng kaku.

Jika Kamu Mati BesokWhere stories live. Discover now