21. Jika Van menyukai masakan Alura

455 92 12
                                    

"Mau kemana lagi? Kabur lewat kebun belakang percuma karena pasti nyasar, gak bisa ke depan rumah karena itu nyatu sama kebun punya orang, harus muter." Peringat Alura saat Van membawa gelas kopinya dan melangkah keluar pintu belakang.

"Mau nyebat."

Alura menangkap Van menyimpan gelas kopinya di samping sebelum duduk dengan satu kaki tertekuk sedangkan kaki lain terjulur, bersandar pada tembok rumahnya sebelum menyalakan sebatang rokok.

Van menghembuskan asap rokok dari bibirnya dengan netra menatap kebun belakang Alura yang luas dan nampak berbagai macam pohon, di bawahnya ditanam berbagai macam sayuran sehingga jalannya begitu sempit karena tumbuhannya lumayan padat.

Van jadi termenung, habis satu batang dia tidak menambah, tapi beralih merogoh ponselnya, dia jadi membuka aplikasi game online dan bermain dengan Ren yang juga sedang online, ditemani suara Alura yang tengah beradu dengan wajan dan secangkir kopi hitam.

Setengah jam berlalu tidak terasa.

"Van, makanannya udah jadi. Ayok ke depan." Teriak Alura dari arah dapur, tengah membawa makanannya ke teras rumah di luar.

Setelah masakan tersaji di terasnya, kebetulan Dani datang dengan senyum ramahnya.

"Kang Dani! Pas banget! Ayok dimakan!" Ujar Alura menyuruh Dani segera mendekat.

Van datang dari dalam rumah, menatap Alura dan Dani tengah duduk lesehan berhadapan sebelum mengambil duduk di tengah keduanya. Menatap diam pada Alura yang mengambil lauk pauk di piring untuk Dani sebelum mengambilkan untuknya.

"Nuhun, neng." (Makasih, neng.) Ujar Dani menerima piringnya membuat Alura tersenyum sambil mengangguk

Setelah baca do'a, keduanya bergegas makan namun tidak dengan Van yang masih diam. Dia menatap datar pada lauk yang ada di atas piringnya sebelum menyendok malas. Dia tidak nafsu makan.

Tanpa tahu Alura tengah menatapnya lamat dari samping.

Van menyuapkan sesendok, mengunyah sebelum kunyahannya melambat dengan netra mengerjap, tersentak kecil. Tidak disangka masakan Alura sangat enak.

Van tidak melebih-lebihkan tapi rasa masakan Alura sangat khas rumahan dan cocok di lidahnya.

Alura menarik sudut bibirnya ketika Van makan dengan lahap.

"Enak, gak?" Tanya Alura membuat Dani yang tengah mengigit kerupuk jadi ikut menoleh pada Van.

Van berdehem pelan, mengubah raut wajahnya. "Biasa aja." Jawabnya gengsi mengakui enak namun piringnya sudah habis setengah.

Alura hanya tersenyum geli sebelum kembali melanjutkan makannya.

**

Kreet...

Suara besi berkarat terdengar ketika Van mendorong pagar besi rumah Alura, dia sudah bergegas untuk pulang dengan kunci yang tergantung di jarinya.

Van memutar kuncinya sebelum membelalak ketika bocil kematian yang berani merusak motornya lewat dengan santainya.

"Woy! Lo!" Teriak Van menarik pakaian Putra membuat tubuhnya berbalik.

"Lo bocah kurang ajar yang rusakin motor gue! Minta maaf sekarang! Udah untung gak gue tendang sampai Mars!" Tukas Van dengan urat mengencang dan nada naik, tangannya yang mencekal pakaian Putra berubah menjadi meremas dan menarik.

Melihat wajah sangar Van yang sangat menakutkan tiba-tiba jantung Putra berdegup sangat kencang dengan badan bergetar. Air matanya tidak dapat di bendung karena ketakutan sebelum tangisnya meledak membuat Van mengernyit.

Jika Kamu Mati BesokWhere stories live. Discover now