50. Jika Alura diajak acara Cruz

400 92 25
                                    

Alura menghembuskan napas kasar sebelum menyugar rambutnya ke belakang dan membuka kacamatanya karena bekas di hidungnya mulai sakit.

Alura jadi melangkah ke luar gerbang sekolah dengan hati lega. Setidaknya masalahnya sudah selesai hari ini. Alura juga tidak menyangka Rasti akan membantunya padahal resikonya besar karena Zana maupun sahabatnya yang lain pasti akan bertindak.

Tapi Alura bersyukur Rasti membantunya.

Alura akan berterimakasih langsung nanti.

Untuk sekarang Alura hanya ingin pulang dan beristirahat, Alura masih banyak tugas sekolah dan pekerjaan rumah.

Alura jadi tersadar saat akan memesan gojek, hari ini Pak Raib masih ada bersamanya, Alura sudah pasti akan pulang naik mobilnya.

"Oh iya, Pak Raib dimana, ya?" Gumam Alura jadi mencari kontaknya di ponsel.

Pak Raib itu memang selalu ada untuknya tapi selalu tersembunyi. Alura menggeleng pelan, Pak Raib terlalu sering bermain detektif-detektif bersama Ayahnya.

Alura jadi berjalan ke samping gerbang sekolah, tepatnya di sisi jalan raya. Dia menunduk pada ponsel sebelum tersentak sampai kacamata yang dipegangnya terlempar tatkala lengannya dicekal.

"Alura, saya mohon ... dengarkan bapak ya! Bapak minta maaf atas perlakuan dan omongan kasar bapak ke kamu, apa kamu bisa meminta Ayah kamu agar tidak memecat jabatan bapak di sekolah ini? Kalau begini bagaimana Bapak bisa mencari nafkah?" Tanya Pak Edi sambil menarik tangan Alura dan memohon.

Alura jadi meringis tatkala tangannya dicengkram terlalu kuat oleh Pak Edi.

"Pak, saya gak bisa berbuat apapun soal Ayah saya jadi mohon lepaskan dulu tangan saya, Pak." Pinta Alura meringis pelan sebelum tersentak tatkala tangan Pak Edi ditarik dan terlepas dari tangannya.

"Mohon untuk tidak bersikap kasar pada Nona Alura." Peringat Pak Raib sebelum melepaskan tangan Pak Edi membuat empunya meringis pelan.

"Saya mohon anda pergi, karena jika berbuat lebih apalagi mengancam keselamatan dan kenyamana nona Alura, saya tidak akan segan pada anda." Peringat Pak Raib dengan rahang mengeras membuat Pak Edi sontak merinding.

Diperingatkan begitu, Pak Edi tidak serta merta langsung pergi, dia kembali memohon-mohon membuat Pak Raib menyuruh anak buahnya yang lain untuk mengusirnya dari sekitar Alura dengan paksa.

"Nona, tidak apa-apa?" Tanya Pak Raib jadi meraih lengan Alura yang tadi dicekal Pak Edi, menitinya untuk menemukan apakah ada bekas luka.

"Gapapa, tapi sakit sedikit. Kayaknya Pak Edi gak sadar pegang terlalu kuat." Gumam Alura meringis sambil tersenyum kecil.

Pak Raib jadi menatap Alura dengan rumit sebelum menghembuskan napas,  "sebenarnya saya setuju dengan Tuan untuk menempatkan bodyguard di samping Nona."

Setelah melihat kejadian barusan, jujur hatinya khawatir meninggalkan Alura tanpa pengawasan.

"Gak mau, ah. Aku jadi gak bebas. Please, nanti kalau Pak Raib pulang jangan bilang yang aneh-aneh ke Ayah. Waktu itu aku butuh satu minggu buat nentang keputusan Ayah." Ujar Alura membuat Pak Raib bergeming namun tak urung mengangguk.

Alura jadi mengulum senyum sebelum tersentak tatkala lengan Pak Raib yang tengah menggenggamnya dilepas secara paksa.

"Lo siapa? Kenapa berani pegang dia?"

Alura sontak membelalak, terkejut bukan main tatkala mendapati Van yang mencekal lengan Pak Raib dengan sebelah tangan sambil menatap nyalang.

Tidak ada takut-takutnya sama sekali meskipun Pak Raib lebih besar dan kekar daripada dirinya.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang