36. Jika Alura ingin mendekat (2)

437 82 25
                                    

Langkah kakinya di bawa ke koridor, setelah membalas pesan dari Grace, Alura memasukan ponsel ke saku dan beralih mengambil lap khusus kacamatanya sebelum melepas dari wajah dan membersihkannya.

Alura tersentak kecil tatkala keningnya menabrak sesuatu yang keras membuat kacamatanya terlepas dan terlempar ke samping.

"Maaf ya, gak sengaja." Ujar Alura tanpa mendongkak, dia jadi menyipit dan menunduk untuk mencari kacamatanya.

Netra Alura mengerjap tatkala tangan terjulur menyerahkan kacamatanya membuat Alura menerimanya sebelum mendongkak, sudut bibir Alura tertarik ke atas dengan netra berbinar bening tatkala Van berada tepat di depannya.

"Van!" Sapa Alura tersenyum riang sebelum memakai kacamatanya kembali.

"Tumben ke koridor gedung IPA? Mau ke siapa?" Tanya Alura menoleh ke sekitar dan hanya mendapati Van seorang diri.

Biasanya Van bersama dengan teman-temannya.

"Kenapa? Gak boleh? Dipikir koridor ini punya situ?" Sewot Van membuat Alura berjengit.

"Buset, masih pagi udah ngegas. Lo begadang lagi, ya? Kurang tidur?" Tanya Alura jadi memperhatikan kantong mata Van sebelum menghembuskan napas kasar.

Alura melepaskan sebelah tali ransel untuk mengambil tumblr hitam sebelum menyerahkannya pada Van.

"Itu energen. Diminum ya, jangan sampai gak sarapan." Ujar Alura dengan nada lembut bak semilir angin yang berhembus.

Van memperhatikan tumblr di tangannya, "Bukan nasi goreng buatan lo?" Tanyanya tanpa sadar.

Alura jadi mengulum senyum, "Tadi gue gak masak pagi karena keterusan belajar subuh jadi lupa waktu."

"Luka lo udah gapapa? Ada luka serius, gak?" Tanya Alura ketika mendapati plester di kening Van dan beberapa luka lebam di rahangnya.

"Gak ada."

"Emang itu gapapa? Lebam ungunya? Kelihatan sama guru pasti langsung ditanya, kan? Apalagi guru BK, mereka udah hapal gimana bentukan luka abis baku hantam." Seloroh Alura meringis pelan melihat rahang Van.

"Udah biasa, kalu gak dihukum paling berat kena poin." Jawab Van mengedikan bahu cuek.

Alura jadi bergidik ngeri mendengar hukuman yang tidak pernah dia alami saat di sekolah.

"Dasar ... gue duluan ya! Mau belajar lagi soalnya ulangan harian matematika! Untung banget lihat wajah lo dulu sebelum kepala gue ngebul nanti." Tukas Alura sebelum menarik senyum dan melambai pamit.

Van jadi mengerjap, menatap punggung Alura sebelum menatap tumblr di tangannya.

"Kiw, kiw."

Van jadi merolling netra dengan wajah kesal tatkala Jonash tiba-tiba muncul dengan wajah menggoda.

"Lepas gak?" Ujar Van mengedikan bahunya saat Jonash merangkulnya erat membuat Jonash melepaskan diri dengan kekehan pelan.

"Kenapa lo ada di sini? Atensi lo udah mulai teralihkan sama Alura, ya?" Tanya Jonash dengan nada menggoda.

"Suka-suka gue lah, mau ada di mana. Emang ini sekolah punya lo?" Sewot Van jadi beranjak pergi membuat Jonash mengikutinya.

"Penyangkalan. Itu tanda bener, sih. Ya kali, ngapain lo jauh-jauh ke gedung MIPA buat ngangong ngangong, pasti ketemu Alura lah!" Tukas Jonash jahil, memdahului langkah Van yang melambat.

Entahlah, saat tidak menemukan sarapan di kolong meja dan sticky note yang tertempel, Van tanpa sadar berjalan ke arah gedung MIPA.

**

Jika Kamu Mati BesokWhere stories live. Discover now