17. (Jika) Van mati

480 80 8
                                    

Warning : kekerasan + kata kasar.

**

"Ih, bohong! Sampai bisik-bisikan gitu masa gak penting sih! Pasti penting lah!" Protes Grace saat Alura memberikan reaksi ala kadarnya dan menolak jujur.

Karena ini tentang kekuatannya.

'Lo bisa lihat kematian lo sendiri lewat luka lo yang berdarah?'

Itu yang tadi Van tanyakan.

Alura jadi termenung, padahal Grace saja yang notabennya sahabat dekat Alura yang sudah mengenal selama bertahun-tahun, tidak tahu mengenai kekuatan Alura.

Van yang baru mengenal beberapa hari, sudah Alura bocorkan mengenai rahasianya.

Alura jadi mengerjap sebelum menghembuskan napas pelan. Dia jadi resah. Tidak apa-apa bukan? Apalagi Van kelihatan buka tipe ember bocor.

"Noh, lihat! Lo jadi topik pembasahan lagi di grup fans Cruz!" Ujar Grace heboh ketika melihat ponselnya.

Sisa jam pelajaran olahraga mereka habiskan di UKS atas suruhan guru Olahraga yang khawatir karena Alura mimisan setelah tertimpuk bola voli.

Alura yang duduk sambil bersandar pada tepi ranjang jadi mengalihkan atensi pada Grace yang mengambil duduk di tempatnya setelah sebelumnya di suruh guru juga untuk menemani Alura.

"Gercep juga. Yang gosipin pasti dari kelas kita, kan?"

Grace berdehem mengiyakan, "Pasti. Tapi, firasat gue bilang itu cewek sengaja nimpuk elo."

"Kenapa?"

"Dia temen Zana. Gue lihat tadi mereka deket. Dan lagi cewek tadi emang suka ngintil Zana kemana-mana meskipun bukan sahabat deketnya yang beda kelas itu. Kayaknya dia gak suka deh, lihat elo yang akhir-akhir ini kayak mau coba nerobos masuk ke kumpulan Cruz." Tutur Grace membuat Alura bergeming.

"Pasti merasa tersaingi, tuh." Cibir Grace kemudian.

"Eh! Kok tadi Ian sama Jonash kayak akrab banget sama lo, sih! Duh anjir, lo beruntung banget di khawatirin sama mereka! Kalian ada hubungan apa?" Desak Grace membuat Alura menggeleng.

"Cuman kenal, dan lagi mereka berdua itu cepet akrab sama orang lain. Jadi begitu lah. Gak ada hubungan apa-apa." Jawan Alura membuat Grace yang tadinya memicing jadi beroh panjang.

Benar, hanya kenalan.

Namun sepertinya semua itu akan cepat berlalu.

Sama seperti perkataan Grace di lapangan tadi. Alura setuju bahwa dunia mereka berbeda. Hanya menyapa sebentar sebelum kembali berputar di radarnya masing-masing.

Cih, apa yang Alura harapkan?

Bukankah Van sendiri yang muak jika Alura ada di dekatnya?

Baiklah, kini sudah waktunya kembali ke alur masing-masing. Van dengan kehidupannya dan Alura juga.

Tapi hatinya terus saja bertingkah tidak tenang selama bayangan kematian itu menghantuinya.

Alura jadi berdecak pelan sebelum mengurut keningnya sambil menunduk membuat helai rambut panjangnya ikut terjatuh.

**

"Bangsat! Gara-gara lo, waktu nonton Ftv gue jadi keganggu!" Umpat Jonash melayangkan pukulan pada lelaki berseragam kotak-kotak merah itu.

Lelaki berseragam kotak-kotak itu membalas pukulan Jonash tepat pada depan wajahnya membuat tubuh Jonash termundur dengan kepala terdorong ke belakang.

"Itu bukan urusan gue! Cruz sendiri yang mulai ngajak tawuran kemarin!" Tukas lelaki itu.

Jika Kamu Mati BesokOnde histórias criam vida. Descubra agora