52. Jika minta maaf

365 82 23
                                    

"Eh? Serius lo ngomong gitu ke Ditto?"

Alura yang sedang menyuap sesendok es krim jadi mengangguk.

"Wajar kalau reaksi dia cuman ketawa. Kalau dipikir ulang, emang gak pernah ada orang yang bilang persahabatan anjing kita itu indah." Sahut Jonash sambil terkekeh pelan sebelum menggigit es krimnya tanpa ngilu.

"Karena orang kan gak lihat kalian dari deket dan belum kenal jauh juga, gue yang gak terlalu deket aja bisa tahu, kok." Tutur Alura membuat Jonash mangut-mangut.

Keduanya duduk di depan warung dengan kursi kayu berbentuk segi empat di depannya, menatap jalanan setapak sepi dengan panas matahari menyorot kolam ikan besar di sebelah jalannya.

"Tapi Lur, lo tahu gak? Van itu lebih percaya sama Ditto dibanding dirinya sendiri."

Alura sontak menoleh sebelum mengernyit, "kok bisa? Artinya Ditto berharga banget ya buat Van?"

"Van itu anjing, meskipun gede gengsi tapi dia sayang kita semua." Tutur Jonash jadi tertawa geli sebelum merinding sendiri.

Alura jadi mengerjap, menatap lamat sisi samping wajah Jonash.

Senyum geli di wajah Jonash dengan raut bahagia.

Itu ekspresi Jonash ketika membicarakan Van.

Selalu begitu.

Maka dari itu, tanpa dikatakan pun Alura tahu, Jonash itu sangat menyayangi Van.

Alura jadi menoleh ke depan sebelum menipiskan bibir, apa ya? Rasanya  Alura payah sekali. Padahal orang kesayangan Van sudah sangat mendukung dan mempercayainya tapi Alura malah tidak dapat meluluhkan hati Van sama sekali.

Alura tidak dapat membuat Van menyukai dirinya.

"Maaf ya Jonash, padahal lo udah bantuin dan dukung gue banget." Tutur Alura jadi menghembuskan napas kasar.

Jonash sontak mengernyit sebelum menoleh, "lah napa lo? Ujug-ujug minta maaf. Buat apaan?"

"Bantuan elo jadi sia-sia karena gue gak bisa bikin Van suka sama gue." Ujar Alura menunduk sebelum mengerjap sendu dengan gurat wajah menurun.

"Lah?"

Jonash sontak membelalak sebelum mengerjap, "ngapain lo minta maaf, anjir? Bukan salah elo, lah!"

Jonash jadi mengerjap sebelum menepuk keningnya sendiri, "maksud gue lo gak perlu minta maaf, Van itu udah mulai suk—,"

"JO!"

Keduanya sontak menoleh sebelum mendapati Ian yang menghampiri dengan berjalan riang sambil melambaikan tangan tinggi sedangkan Ren berjalan kalem di sampingnya dengan kedua tangan masuk saku hoodie.

"Ck, napa? Gue ada urusan penting ini." Tanya Jonash jadi menggigiti stik es krim karena es nya sudah habis.

"Jangan mojok mulu anjir! Nenek Ditto nyuruh kumpul semuanya, mau makan buah ceunah." Tukas Ian sambil mengedikan dagu.

"Elah, sepele doang. Terus kenapa lu berdua ke sini sat?"

"Gue pengen ciki bukan buah, Ren lagi nyari sinyal katanya, Van nitip beli rokok, terus si anjing Yasa nitip apaan ya? Ck, gue jadi lupa! Eh, Ren tadi si Yasa nitip apa?" Tanya Ian menggaruk kepalanya sambil menoleh pada Ren.

"Yaudah, gue ke rumah Neneknya Ditto duluan!" Tutur Alura membuat Jonash mengangguk.

"Temenin gak? Nyasar nanti." Tawar Ian membuat Alura menggeleng.

"Nyasar ke hatiku, eaaa." Lanjut Ian sambil tertawa ngakak membuat Ren memutar bola mata sedangkan Alura hanya meringis, tersenyum karir.

Jonash jadi mengangguk tatkala Alura pamit dan berbalik pergi.

Jika Kamu Mati BesokWhere stories live. Discover now