24. Jika prinsip kita berbeda

389 74 15
                                    

"Van, weekend nanti lo free gak? Jalan yuk. Ada Cafe yang lagi populer banget tahu di Instagram." Sahut Zana sambil tersenyum kecil pada Van yang duduk di sebelahnya.

"Weekend gue ke markas paling." Jawab Van menoleh sekilas.

"Udah gue duga sih, gue ke markas juga ya? Mau gue bawain makanan gak?" Tawar Zana membuat Van menggeleng dengan kening mengernyit.

"Kalau pulang sekolah hari ini lo mau kemana, Van? Gue boleh ikut di motor lo gak?" Tanya Zana lagi, terus mencoba mengganti topik pembicaraan agar obrolan singkat mereka tidak terputus.

Van jadi menghembuskan napas kasar sebelum menggerakan punggungnya bersandar pada tangga di belakangnya. Keduanya tengah duduk di tangga sebelah gedung kelas 10 IPS.

Van dan Zana duduk di tangga ketiga dari bawah, Ren duduk di bawahnya dengan Yasa sambil push rank. Sementara Ditto duduk di tangga pertama dengan Ian dan Jonash yang jongkok di bawah kaki Ian.

Mereka tengah nongkrong sehabis sepulang sekolah atau lebih tepatnya menghalangi jalan.

Atau maksud lainnya adalah untuk modus melihat degem lewat yang tersipu ketika melihat mereka dengan bibir Jonash yang tidak mau diam jika melihat cewek cantik.

Seperti sekarang, netra Jonash berbinar tatkala mendapati Alura yang tengah memakai kacamatanya sambil mendekat ke arah mereka.

"Eh, ada neng Alura! Apa kabar, Lur? Lo baik-baik aja kan? Kenapa kemarin lo mendadak lari lihat gue? Gue tersinggung loh, gue kan bukan setan, orang ganteng gini." Tutur Jonash membuat semua atensi jadi beralih pada Alura yang berada di hadapan mereka.

"Lo bukan setan tapi mahluk halus." Tukas Yasa melirik sekilas sebelum kembali fokus pada ponsel.

"Maaf ya, kemarin buru-buru." Jawab Alura meringis dengan netra enggan menatap Jonash.

"Van, bisa ngomong sebentar?" Tanya Alura menatap lurus pada Van yang juga memandangnya dengan raut bertanya membuat Zana berdecih tidak suka melihat kedatangan Alura.

Lagipula apa-apaan gadis kacamata itu mendekat saat Van sedang bersama Zana!

"Gak bisa. Gue udah bilang kalau kita gak akan berhubungan lagi, kan?" Tolak Van berdecak malas, dia enggan beranjak satu inchi pun.

Alura diam membuat Jonash jadi mengangkat sebelah alisnya saat aura dan sikap Alura berbeda dari yang biasanya murah senyum.

Kali ini rahangnya nampak mengeras dengan kening mengerut.

Alura meneguk ludah sebelum memutar otaknya agar Van mau berbicara dengannya, "Kalau gitu gue masakin makanan lagi mau? Asal ngomong sebentar."

Netra Van berbinar, kepalanya ingin segera mengangguk dan mengiyakan namun gengsinya lebih tinggi.

Apalagi ini di depan teman-temannya!

"Gak jelas. Udah sana pergi." Usir Van merutuki gengsinya karena menolak tawaran menggiurkan itu.

Alura jadi berdecak kesal menghadapi keras kepalanya Van sebelum menoleh ketika lengannya di sentuh ringan dan agak ditarik agar badan Alura menoleh.

"Lur, kenapa lo tiba-tiba ngebet banget ngomong sama tu orang? Mending ngobrol sama gue aja." Ujar Jonash menyunggingkan senyumnya.

Alura menahan napas dengan netra membelalak tatkala wajah Jonash yang sekarang dia lihat adalah wajah Jonash saat kilasan kematiannya datang.

Alura mematung dengan jantung berdebar dan tanpa sadar air matanya turun membuat Jonash membelalak terkejut dan segera melepas pegangannya.

Jika Kamu Mati BesokWhere stories live. Discover now