Bab 46 : Terancam Bubar

272 30 10
                                    

Hai... Lama tak jumpa...

semoga masih ada yang nungguin

happy reading

***



Rina menyunggingkan senyum lebar saat memasuki area sekolah. Setelah berdebat dengan sang papa dan kakak, akhirnya Rina diizinkan masuk sekolah. Rina merasa tidak alasan baginya untuk kembali bolos. Setelah beristirahat selama dua hari di rumah, tubuh dan pikiran Rina sudah lebih baik.

Eja sudah bisa membalas pesan dari Rina. Hal itu membuat Rina sedikit lega. Keadaan sahabatnya itu semakin membaik dan lusa sudah diperbolehkan pulang. Mengetahui perkembangan Eja sangat pesat, membuat Rina bersemangat lagi untuk menyelesaikan project yang sudah ia abaikan belakangan ini, demi bagian Eja juga.

"Pagi, Asa...." Rina menyapa Asa dengan riang saat melihat cowok itu berjalan di depannya.

"Lo udah boleh berangkat sekolah?" Bukannya membalas sapaan Rina, Asa justru memberikan pertanyaan yang membuat Rina mengerutkan bibir.

"Lo nggak suka gue di sekolah? Ya udah, gue balik aja."

"E, eh. Tunggu dulu." Asa mencekal tangan Rina saat cewek itu hendak berbalik. "Nggak gitu, Na... gue cuman kaget aja."

Rina melepas cekalan tangan Asa. Bibirnya mencebik pelan, sehingga membuat pipinya sedikit menggembung. Meski pipi cewek itu sedikit lebih tirus, hal itu tidak mengurangi kadar kecantikannya.

"Lo berangkat sendiri? Naik motor?" Asa mengalihkan pembicaraan. Dia tidak membuat cewek cantik di hadapannya semakin kesal.

"Tadi dianter Kakak," jawab Rina. "Ntar pulangnya gue nebeng lo, ya."

"Tumben?"

"Jadi lo nggak mau?"

"Nggak gitu, Na...." Asa menjadi serba salah. "Biasanya lo, kan, nggak mau bareng gue."

Rina mengerti maksud Asa. "Jadi lo nggak mau? Ya udah. Gue bareng Vano aja."

"Eh, nggak boleh." Asa mencegah Rina berjalan mendahuluinya. Dia tidak mau cewek itu pergi mencari Vano, cowok yang menjadi rivalnya untuk segala hal. "Nanti lo bareng gue. Nggak usah bilang-bilang ke Vano. Dia lagi pusing."

Rina mengerutkan dahi. "Pusing apa?"

Asa tidak langsung menjawab pertanyaan Rina. Cowok bergigi sempurna itu mengalihkan pandangan, kemudian mulai berjalan perlahan menuju kelas. Rina pun mengikuti langkah Asa. Cewek itu berjalan di samping Asa, menyesuaikan langkah si cowok.

"Tim basket lagi banyak masalah. Vano juga harus mulai latihan buat lomba antar sekolah. Ditambah masalah project kita yang akan tampil bulan depan. Kalau gue jadi Vano, gue nggak bakal kuat. Gue pasti udah lari dari semua itu." Asa mulai berbicara tanpa mengalihkan pandangan kepada Rina yang sudah berada di sampingnya.

Rina terdiam. Matanya lurus menatap lapangan tengah yang kini terlihat ramai dengan lalu lalang siswa-siswi.

"Kenapa dia nggak komen apa pun di grup? Gue merasa nggak ada gunanya sebagai ketua klub teater karena nggak bisa bantu Vano." Rina kembali menyalahkan dirinya. Jika saja dia lebih kuat, kerja Vano tidak akan seberat ini.

"Dia yang ngelarang anggota tim project ngeluh di grup. Vano nggak mau lo, Eja, Ale, bahkan Marvin kepikiran sama project. Sebisa mungkin dia nge-handle semua masalah sendiri." Sama halnya dengan Rina, Asa juga sama merasa bersalah karena tidak bisa membantu banyak. "Kemarin Vano sempat dipanggil kepsek. Kalau gue nggak maksa nanya, dia nggak bakal ngasih tau."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SMK (Suka saMa Kamu)Where stories live. Discover now