Bab 38 : Permainan

149 28 14
                                    


Halo semua

janga lupa vote sebelum baca

Happy reading

***



***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***



Siang ini cukup teduh dengan awan yang terlihat berarak. Rina duduk termenung, sendiri, di bawah pohon mangga taman samping perpustakaan. Setelah berdebat dengan Eja, Rina memutuskan menenangkan diri di luar kelas. Dia tidak mau sampai kelepasan dan melakukan atau mengatakan sesuatu yang pastinya akan membuat menyesal.

Gadis berambut panjang itu menghela napas panjang entah sudah yang keberapa kali. Pikirannya sekarang terlampau penuh. Rasanya sesak sekali. Rina sama sekali tidak pernah mengira Eja akan mengatakan hal itu. Bagaimana bisa sahabatnya itu lebih mendengarkan omongan orang baru dikenal selama beberapa hari? Ingin berteriak sekencang mungkin, tetapi Rina tidak bisa. Dia tidak bisa hingga membuat dadanya sesak.

Sayup-sayup terdengar suara tawa yang semakin mendekat. Rina panik. Gadis itu tidak mau ada yang melihatnya terpuruk. Sungguh, Rina menyukai julukan dari teman-teman sebagai gadis ambisius, yang selalu mendapatkan keinginannya. Rina menoleh ke kanan dan kiri, mencari tempat persembunyian sementar. Keberuntungan berpihak kepada gadis itu. Ada sebuah papan tulis tak terpakai yang diletakkan di samping tembok perpustakaan. Rina pun berlari ke sana, menggeser sedikit papan itu, dan menyembunyikan tubuh kecilnya di antara papan dan tembok.

"Lo gila, Luke!"

Rina mengerutkan dahinya saat suara yang didengarnya semakin keras.

"Bisa-bisanya lo minta kayak gitu ke cewek culun itu."

Kerutan di dahi Rina semakin dalam. Luke? Cewek culun? Rina tidak mau berpikir macam-macam dulu. Ah, dia semakin penasaran dengan apa yang didengarnya.

"Dianya aja yang goblok. Gue kasih ciuman panas sebentar aja, udah klepek-klepek."

Terdengar suara tawa dari beberapa cowok yang Rina yakini salah satunya adalah Luke, pacar Eja.

"Serius! Udah lo apain aja? Gue nggak yakin kalau cuman cium doang."

"Ck, maunya juga lebih. Tapi, dia culun banget, sumpah. Cupu. Katanya nggak mau gue sentuh lebih dari itu sebelum nikah. Bullshit! Dia aja nikmatin lumatan bibit gue sampai mendesah."

Terdengar ledakan tawa lagi. Rina mengepalkan kedua tangannya. Dia tahu Luke adalah pria kurang ajar, tetapi dia tidak tahu kalau Luke ternyata sebrengsek itu.

"Terus gimana lagi? Dia akhirnya mau nurut pas lo minta keluar dari project?"

"Gue belum ngecek. Katanya sih dia udah bilang," jawab Luke senang. "Nanti siang gue ajak dia cabut. Hadiah karena udah nurut. Sekalian mau gue kasih lumatan panas lagi."

SMK (Suka saMa Kamu)Where stories live. Discover now