Bab 22 : Tangis Pilu

205 33 3
                                    

halo semua...

Jangan lupa vote sebelum baca

Happy reading

***



***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***




"Sebelum kita mulai reading skrip siang ini, gue ada sedikit pengumuman."

Ucapan Vano membuat atensi semua orang mengarah kepadanya. Atmosfer tegang sangat terasa di sana. Mata Vano menatap satu per satu semua anggotanya. Marvin duduk tepat di seberangnya dengan kepala menunduk sejak tadi. Rina dan tim kreatif lainnya duduk berkelompok dan tampak sibuk dengan kertas-kertas di tangan mereka. Tepat di samping Vano, Asa duduk dengan mata waspada. Sama seperti Vano, Asa memperhatikan semua anggota yang hadir. Sejauh ini tidak ada yang izin atau mangkir dari latihan.

"Gue yakin kalian sudah baca pengumuman yang tadi Marvin kirim." Vano memulai ucapan. "Marvin akan menjadi ketua panitia rangkaian kegiatan ulang tahun sekolah tahun ini. Karena keputusan ini sudah mutlak dan nggak bisa diganggu gugat lagi, untuk project drama sekolah yang akan mengalami sedikit perubahan."

Vano menjeda ucapannya, memberi waktu kepada semua yang ada di sana mencerna semua informasi yang ia berikan. Setelahnya, dia melanjutkan lagi.

"Tadi gue, Asa, Marvin, dan Pak Adi telah melakukan rapat kecil. Dan kami sudah mengambil keputusan yang memang mungkin terbaik untuk semuanya." Vano menjelaskan dengan runtut dan tegas, sehingga tak ada satu pun yang menyela. "Marvin akan fokus menjadi ketua panitia rangkaian kegiatan ulang tahun sekolah. Perannya di project ini akan digantikan Ale."

"Hah? Gue?" Ale yang namanya tiba-tiba disebut terkejut. "Kok gue, No? Kemarin gue ditolak mentah-mentah sama tim kreatif."

"Kemarin lo ikut casting sebagai pemeran utama dan itu emang nggak cocok sama lo," bantah Rina. "Dan kami rasa, lo cocok meranin sahabatnya Bagas."

"Gue percaya lo bisa," ujar Vano meyakinkan.

"Tapi, No... lo tau sendiri di tim basket sedang keos. Gue nggak yakin masih bisa main dengan tenang di sini."

"Emangnya apa yang lo takutin? Ada gue sama Ikal di sini." Vano berusaha keras meyakinkan. "Lagian, Marvin juga masih jadi panitia project ini. Hanya saja, tanggung jawabnya bertambah karena tugas OSIS."

Ale terdiam. Cowok dari jurusan TKR itu tidak bisa membantah ucapan Vano. Jika memang dibandingkan Vano dan Marvin, kegiatan Ale tidak ada apa-apanya. Ale mencoba meyakinkan diri sendiri, memupuk kepercayaan diri. Meski di benaknya masih banyak ketakutan-ketakutan, cowok berkulit putih itu berani menganggukkan kepala, menerima tawaran Vano.

SMK (Suka saMa Kamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang