Bab 29 : Tak Segampang Itu

190 32 12
                                    

Halo semua...

Warning!

Sebagian part mengandung isu sensitif. Jika ketriger, langsung skip saja

Happy reading

***

***

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

***





Rico membuang puntung rokoknya asal, kemudian menginjaknya saat melihat Ale berjalan sendirian ke parkiran. Setelah insiden tadi siang, seperti halnya Vano, Rico hanya mendapat surat peringatan. Bedanya, ayah Vano tampak tidak mempermasalahkan hal itu, sedangkan ayah Rico marah besar. Jika tadi tidak ada Bu Yani yang melerai, Rico akan mendapatkan bogem mentah dari ayahnya.

Rico berada di parkiran, menikmati beberapa batang rokok, sengaja menunggu Ale meski langit sudah menggelap dan parkiran sudah sangat sepi. Di sana hanya ada beberapa motor yang Rico hafal kepunyaan siapa.

Rico sabar menunggu. Meski sejak tadi dirinya sudah dikuasai emosi, Rico masih bisa berpikir panjang untuk tidak menyusul Ale di kelas atau di tempat latihan.

"Ikut gue. Ada yang mau gue omongi," ujar Rico tanpa basa-basi. Tangannya pun sudah menarik tangan Ale untuk mengikutinya. Namun, ternyata Ale menghempaskan cekalan tangan Rico.

Rico berbalik, menatap tajam Ale. "Lo apa-apaan? Sudah berani sama gue?"

Ale menggelengkan kepala, kemudian balas menatap Rico dengan mata berkaca-kaca. "Aku nggak mau, Mas," ujar Ale dengan suara bergetar. "Kalau Mas Rico ada yang mau diomongin, di sini aja."

"Lo berani sama gue?" Rico tak percaya dan tak terima dengan apa yang diucapkan Ale. "Lo tau akibatnya kalau lo nolak gue, kan?"

"Justru itu, Mas. Aku nggak mau lagi. Aku udah capek sama Mas."

"Capek?" Rico menarik dagu Ale cukup keras hingga cowok itu meringis karena sakit. "Sudah merasa jago? Siapa yang ngajarin? Si brengsek Vano?"

Ale menggeleng kuat dan menepis cengkeraman tangan Rico di dagunya. "Nggak ada hubungannya sama Vano atau yang lain. Ini murni keputusan aku sendiri. Aku nggak mau lagi, Mas. Sudah cukup luka yang selama ini aku dapat."

"Jangan munafik, Le. Lo masih butuh gue. Lo nggak akan bisa apa-apa tanpa gue. Lo berlindung di balik gue. Hanya gue yang bisa menuhin semua kebutuhan lo! Hanya gue yang bisa bikin lo bahagia!" Rico berteriak tepat di depan wajah Ale.

"Semua orang sudah tau, Mas.... Sudah cukup. Mari kita akhiri sampai sini saja."

"Lo nggak bisa lepas dari gue, Le! HP lo. Tas, baju, jam tangan, bahkan parfum lo semua dari gue! Lo nggak bisa pergi dari gue gitu aja. Hidup lo bergantung sama gue!"

SMK (Suka saMa Kamu)Kde žijí příběhy. Začni objevovat