Bab 3 : Datangnya Asa

416 63 2
                                    

Halo semua...

Siapa yang nunggu kelanjutan kisah Rina dan Vano?

langsung saja, ya

Jangan lupa vote dan komentarnya


***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***






“Gue mau bicara.”

Vano menghela napas panjang. Cowok penggemar bola basket itu menghentikan langkah. Tangan yang tadi merangkul Haikal, ia turunkan. Sebenarnya dia sudah sangat malas berbicara dengan Rina, tetapi dia lebih malas lagi jika harus berdebat dengan cewek keras kepala itu.

“Apa? Masih kurang kita debat di dalam?” ujar Vano malas.

“Nggak usah cari perkara.”

“Siapa yang nyari perkara? Lo kan?” jawab Vano sewot. “Gue balik kelas dulu. Otak gue masih nggak bisa diajak mikir. Takut keluar kata-kata yang bikin lo sakit hati.”

Vano berbalik, merangkul kembali pudak Haikal, kemudian berjalan meninggalkan Rina yang mematung di tempatnya.

“Sebaiknya kita juga balik ke kelas, Na. Tenangkan dulu pikiran lo biar bisa mikir jernih.” Eja mencoba menenangkan Rina. Ia setuju dengan apa yang diucapkan Vano. Jika mereka meneruskan pembicaraan ini, semua akan berantakan. Bukannya mendapat solusi yang tepat, mereka justru memperburuk keadaan jika dilanjutkan.

Rina menghela napas panjang. Yang dikatakan Eja benar. Mengambil keputusan dalam keadaan marah akan semakin membuat runyam. Dia dan Vano adalah tipe-tipe manusia keras kepala yang tidak akan mau mengalah satu sama lain. Sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, lebih baik masing-masing menenangkan diri terlebih dahulu.

“Yuk, Na. Kayaknya ada tugas Bahasa Inggris. Bu Fanny nggak masuk.”

Rina mengikuti tarikan tangan Eja dengan pasrah. Senyum tipis terukir dari bibirnya. Rina merasa beruntung memiliki sahabat sepeka Eja. Meski terkadang Eja lemot dan sangat lamban, setidaknya dia tipe orang yang menghindari pertikaian. Cewek cinta damai, kalau kata Rina.

***

“Sibuk banget, sih, kalian?” ujar Rina saat dia melihat teman-teman sekelasnya mulai menggerombol. Sepertinya mereka tengah diskusi kelompok.

“Lo belum buka grup kelas? Bu Fanny ngasih tugas kelompok.” Azam, salah satu teman sekelas Rina yang kebetulan duduk di belakang, menjawab pertanyaan.

SMK (Suka saMa Kamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang