Bab 12 : Batu Saja Kalah Keras

218 40 2
                                    

Halo semua
Jangan lupa vote sebelum baca

Happy reading

***

***











Pada akhirnya, Rina tidak bisa berbicara langsung dengan Vano karena anak itu langsung pergi dengan Pak Kus. Entah urusan apa, yang pasti, tidak ada hubungannya dengan proyek teater. Rina pun mencoba mengirimi Vano pesan. Seperti biasa, pesan yang Rina kirimkan, tidak langsung mendapat respon dari cowok itu. Meski sedikit kesal, Rina mencoba tak ambil pusing. Dia pun mulai membaca beberapa naskah yang sudah masuk ke tim kreatif. Sebelum rapat nanti, setidaknya Rina punya pandangan yang harus dipertimbangkan sebagai masukan pemilihan naskah.

No, jangan lupa ngasih pengumuman di grup.
Kita adain rapat siang atau sore nanti.

Pesan yang Rina kirim masih centang dua, belum terbaca. Sudah hampir sepuluh menit dan status pesan di ponselnya belum berubah. Rina kembali membaca naskah kedua dan mencoret beberapa bagian yang dirasa kurang pas.

“Kantin, yuk, Na… jamkos, nih,” ajak Eja yang tiba-tiba datang entah dari mana.

“Emang Bu Fanny ke mana? Tadi gue lihat di lapangan.” Rina menanggapi Eja tanpa mengalihkan pandangannya dari naskah.

“Katanya ada rapat.”

“Tugas?”

“Suruh nerusin proyek kemarin,” jawab Eja santai. “Kelompok kita kan udah selesai berkat Asa.”

Rina mendesah pelan, kemudian menatap wajah Eja yang terlihat senang pagi ini. “Asa udah ngumpulin?”

“Udah. Katanya, sih, semalam.”

“Ya udah. Lo aja yang ke kantin. Gue nyelesaiin ini dulu.”

“Lo belum sarapan, kan, Na. Sekalian aja ke kantin.” Eja masih berusaha membujuk Rina. Bukan tanpa alasan dia melakukan itu. Asa memintanya mengajak Rina ke kantin. Sejak tadi, Asa memperhatikan Rina. Dia tahu jika cewek berkuncir kuda itu belum sarapan.

“Lo aja, Ja. Gue titip, ya. Beliin gorengan dua.” Rina mengeluarkan satu lembar uang lima ribuan dari saku, kemudian menyodorkannya kepada Eja.

“Gorengan doang, Na? Lo nggak laper? Mau nasi uduk, nggak? Sekalian gue beliin.”

Rina kembali mendesah pelan. “Gue lagi nggak mood makan, Ja. Dah, sana. Beliin gue gorengan. Cepetan….”

Eja akhirnya pergi dari sana, meninggalkan Rina yang sibuk meski dengan sedikit enggan. Eja tahu untuk tidak membuat mood Rina semakin anjlok. Menjadi sahabat Rina sejak zaman SMP, membuatnya tahu bagaimana kebiasaan dan sifat Rina.

“Gimana? Dia mau nggak?”

Eja langsung ditodong pertanyaan oleh Asa setelah keluar dari kelas. Cewek berkacamata itu mendesah pelan, kemudian menatap Asa dengan wajah bersalah.

SMK (Suka saMa Kamu)Where stories live. Discover now