Bab 6 : Naksir?

301 51 5
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca.

Mulai ada desas-desus, nih.

Yuk, baca! Jangan lupa komen, ya.

Happy reading

***


***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***








“Kelihatannya pemandangan di lapangan lebih menarik, ya, No? Sampai nggak kedip gitu.”

Vano mengalihkan pandangannya dari lapangan ke depan kelas, tepat kepada Pak Kus. Pelajaran produktif kali ini Pak Kus yang mengajar. Meski Pak Kus bisa dibilang tidak pernah marah, beliau termasuk guru yang disiplin dan tegas. Hal itulah yang membuat siswa-siswa segan kepada beliau.

“Maaf, Pak,” ujar Vano. Ia pun mulai fokus kepada Pak Kus yang sudah melanjutkan penjelasannya sebelum anak-anak praktik langsung.

“Kenapa, sih, No?” bisik Haikal yang kebetulan duduk di samping Vano.

Vano menggelengkan kepalanya, tidak mau menjawab pertanyaan Haikal. Ia pun kembali fokus kepada Pak Kus. Reaksi Vano yang seperti itu membuat Haikal semakin penasaran. Ia pun mengikuti arah pandangan sahabatnya tadi. Saat melihat Rina tengah berbaris di lapangan untuk pemanasan sebelum olahraga, bibir Haikal membentuk huruf o tanpa suara. Sekarang dia paham alasan sikap aneh Vano.

“Hari ini kita akan membuat mur dan baut seperti yang sudah diprogramkan kemarin dengan mesin CNC….”

Vano benar-benar tidak konsentrasi. Meski berusaha fokus kepada penjelasan Pak Kus, tetap saja pikirannya melayang ke arah Rina yang saat ini sepertinya sedang berlari mengelilingi lapangan. Salahkan kelasnya yang dikelilingi kaca transparan sehingga pemandangan di luar bisa dengan mudah terlihat.

Tanpa sadar, Vano meremat pulpennya erat. Asa, dengan wajah penuh senyumnya yang paling Vano benci, mendekati Rina dan kini mereka berlari bersama.

“Sepertinya pemandangan di luar lebih menarik daripada wajah Bapak. Anak PF cantik-cantik, ya, No?”

“Iya, eh, nggak, Pak.”

Jawaban Vano mengundang gelak tawa dari teman sekelasnya. Pak Kus juga sampai terkekeh geli.

“Ngaku aja, deh, No. Ada yang lo taksir, kan?”

“Jedor aja. Anak TP lakik!”

Sahutan dari teman-teman Vano membuat suasana semakin riuh. Kelas yang tadinya tenang, kini malah menjadi ajang balas-balasan komentar.

“Naksir siapa, No? Biar Bapak yang bilang ke Pak Adi. Siapa tahu beneran dijodohin.”

Ucapan Pak Kus membuat kelas semakin riuh. Ada yang tepuk tangan, ada pula yang bersiul.

SMK (Suka saMa Kamu)Where stories live. Discover now