Bab 41 : The S Word

152 31 4
                                    

Halo semua...

Jangan lupa vote sebelum baca

Warning! Bab ini mengandung traumatis tersendiri.

Happy Reading

***



***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***





"Eh, Bang. Mau ke mana?"

Fara yang sejak tadi menyiapkan makan malam di meja makan, sedikit heran karena melihat putra sulungnya terlihat tergesa-gesa menuruni tangga.

"Mau ke Rina, Nda," jawab Vano setelah menghentikan langkahnya dengan terpaksa.

"Ngapain? Ini mau jam makan malam, loh. Nggak baik ganggu orang."

"Ada urusan penting, Nda…. Lagian, Rina sendiri yang minta tolong."

Fara mengerutkan dahinya. "Rina kenapa, Bang?"

"Abang nggak tau, Nda. Ini mau ke sana. Mau mastiin dulu."

"Ya udah, Bang. Nanti kabarin Bunda kalau butuh sesuatu, ya."

Vano mengacungkan kedua jempolnya, kemudian melangkahkan kakinya—sedikit berlari—keluar rumah untuk menuju rumah Rina yang terletak di samping rumahnya.

Vano langsung menekan bel rumah Rina. Wajah cemas kentara di wajah cowok tampan itu. Pikirannya sudah ke mana-mana, takut kejadian tempo hari terulang lagi. Meski saat ini papa dan kakak Rina ada di rumah, hal itu tak sedikit pun membuat Vano lega.

Vier membukakan pintu untuk Vano. Alis pemuda calon dokter itu bertaut, menatap Vano dengan aneh. "Ngapain ke sini?" tanya Vier tanpa basa-basi.

"Rina di rumah kan?"

"Iya."

Vano sebenarnya tidak sabar. Hanya saja, dia harus berusaha menjaga sopan santun. "Tadi Rina chat. Dia minta tolong."

Mata Vier membola mendengar ucapan Vano. Dia pun langsung masuk, mengabaikan Vano yang berdiri di depan pintu. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Rina, adiknya.

Sama halnya dengan Vier, Vano juga menerobos masuk tanpa permisi. Setelah menutup pintu depan rumah Rina, Vano mengikuti langkah Vier menuju kamar Rina dengan tergesa.

"Kalian kenapa?"

Vier dan Vano mengabaikan pertanyaan Arya yang sejak tadi berada di meja makan untuk menyiapkan makan malam. Pria paruh baya itu semakin penasaran. Dia pun mengikuti langkah kedua bujang itu. Perasaannya sudah tak karuan. Sungguh, dia mencemaskan putrinya.

SMK (Suka saMa Kamu)Where stories live. Discover now