Bab 11 : Asa dan Tekadnya.

218 42 0
                                    

Halo semua...

Jangan lupa vote sebelum baca

Happy reading

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






***




“Pagi banget, Na. Gue kira hari ini lo izin nggak masuk.”

Rina mengerutkan dahi mendengar ucapan Asa yang baru saja memasuki kelas. Rina yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, mengangkat wajah untuk menatap teman sekaligus sahabat sefrekuensinya.

“Ngapain nggak masuk?”

“Ya…kan secara kemarin lo tiba-tiba pingsan. Biasanya kan lo nggak masuk seminggu kalau pingsan kayak gitu.”

“Gue nggak selemah itu, ya… lagian, istirahat sebentar doang juga sudah baikan. Lebay banget harus izin cuman gara-gara pingsan.”

Asa menarik kursi di samping Rina yang masih kosong. Berhubung yang punya kursi belum datang, Asa duduk saja di sana.

“Lo pernah kayak gitu,” ujar Asa tak mau kalah. Cowok bermata bambi itu mengingatkan kejadian beberapa waktu lalu. “Tahun lalu lo pingsan dan habis itu nggak masuk seminggu. Berlebihan, sih. Tapi karena papah lo dokter dan buatin surat izinnya, ya kita terima aja.”

Rina memberikan lirikan tajam kepada Asa. Ia kesal karena Asa kembali mengingatkan kejadian memalukan tahun lalu. Sebenarnya Rina tidak apa-apa waktu itu. Hanya karena telat makan dan pingsan saat upacara. Sungguh di luar dugaan, papanya terlalu menanggapinya dengan berlebihan. Rina benar-benar dikurung di rumah selama seminggu dengan alasan untuk memulihkan kondisi. Jika diingat lagi, Rina benar-benar malu. Sampai guru dan teman-teman sekelasnya pada datang menjenguk.

“Gue, sih, cuman mau ngingetin aja. Siapa tahu lo lupa. Aduh! Sakit, Na….” Asa mengusap lengan bekas cubitan Rina. Meski tidak terlalu sakit, tetap saja dia terkejut dengan reaksi bar-bar cewek di sampingnya itu.

“Asa dan semua mulut pedasnya emang nggak terpisahkan,” ujar Rina kesal. “Udah, ah. Gue mau konsen ngurus proyek dulu sebelum apel.”

“Ngurus apa lagi, sih, Na… kan udah ada Vano yang megang. Lo tinggal terima perintah. Beres.”

Rina mencebik, kemudian kembali menatap Asa. “Ini soal tim kreatif. Vano mana paham hal beginian. Kita sudah dapat beberapa kandidat skrip. Tinggal dibawa ke forum.”

“Cepet banget. Lo kapan mikirnya? Kemarin aja kita balik hampir malem.” Asa terlihat tidak senang dengan ucapan Rina. “Gue nggak suka, ya, kalau lo terlalu maksain diri. Cari penyakit namanya.”

“Ck, lebay banget, sih. Siapa juga yang cari penyakit,” bantah Rina. “Ini tuh namanya produktif. Daripada ngelamun nggak guna.”

“Terserah, deh. Gue mau siap-siap apel sebelum Bu Fanny teriak-teriak di kelas.”

SMK (Suka saMa Kamu)Where stories live. Discover now