Bab 30 : Keluarga (yang Katanya) Cemara

172 34 7
                                    

Halo semua...

Siapa yang masih nunggu kelanjutan kisah unyu anak-anak SMK Binus?

jangan lupa vote sebelum baca

Happy reading

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***



Rina turun ke ruang makan setelah membersihkan diri. Dia yakin sang kakak akan memberikan penjelasan tentang kejadian tadi pagi. Karena memang ada banyak yang ingin ditanyakan, Rina mengikuti perintah kakaknya meski saat ini nafsu makannya benar-benar hilang.

"Ah, udah selesai rupanya." Vier meletakkan ponselnya saat melihat Rina terlihat di anak tangga terakhir. "Kakak ambilin nasinya, ya. Adek mau paha, kan?"

"Biar aku sendiri."

Jawaban datar Rina membuat Vier menggigit bibir dalamnya. Dia tahu kalau adiknya masih marah. Melihat Rina mau makan malam bersamanya, sudah membuat Vier lega. Setidaknya, Rina tidak menutup diri untuk penjelasan darinya.

Makan malam kali ini benar-benar terasa sunyi. Rina memang sudah berteman dengan kesunyian. Itu kalau dia benar-benar sendirian. Namun, kali ini berbeda. Meski Vier hadir untuk menemaninya. Rina tetap merasa sepi dan asing. Entahlah. Mungkin karena permasalahan tadi yang membuatnya seperti ini. Biasanya Rina sangat menikmati makan bersama sang kakak.

"Dek...." Vier berusaha memulai percakapan setelah melihat Rina hampir selesai dengan makanan di piringnya. "Kakak mau bicara sebentar. Mau jelasin yang tadi pagi."

Rina meletakkan sendok dan garpunya sedikit keras hingga berdenting nyaring. Nafsu makannya anjlok parah. Meski begitu, Rina tidak beranjak dari duduknya. Dia menunggu Vier bicara, menjelaskan semua kepadanya.

Merasa mendapat lampu hijau dari Rin, Vier mulai menjelaskan. "Yang tadi pagi itu, Tante Wulan," ujar Vier hati-hati. Dia menunggu respon dari adiknya. Melihat Rina hanya diam seperti itu, membuat Vier kembali ragu. Namun, mau tidak mau, dia harus menjelaskan semua. Karena Vier tidak mempercayai sang papa untuk menjelaskan, Jika papanya yang turun tangan, bukannya Rina paham dan menerima, Rina justru semakin emosi karena papanya juga akan emosi.

"Siapa?" Rina balik bertanya meski suaranya terdengar sedikit bergetar.

"Kakak memang sudah mengenal Tante Wulan sebelumnya karena beliau adalah dokter senior di rumah sakit tempat Kakak magang," jawab Vier hati-hati dan perlahan. "Kakak tidak pernah kenal lebih dari hubungan profesional di rumah sakit, sampai papah tiba-tiba mengakui hubungan mereka. Papah dan Tante Wulan sudah lama saling kenal. Mereka teman kuliah. Sempat lost contact karena sibuk dengan hidup masing-masing. Dan secara kebetulan, mereka kembali dipertemukan."

"Sejak kapan?"

Vier menggelengkan kepala. "Kakak baru tahu hubungan mereka beberapa bulan lalu saat papa meminta restu menikahi Tante Wulan."

SMK (Suka saMa Kamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang