Bab 10 : Selalu Sama

221 44 15
                                    

Halo semua...

Mana suaranya....

Vote dulu sebelum baca.

Happy reading

***

***





“Jangan dekat-dekat Asa. Gue nggak suka.”

Rina menurunkan tangannya yang hendak membuka pintu gerbang rumah. Cewek berambut panjang itu kembali menoleh kepada Vano, menatapnya dengan alis bertaut.

“Bukan urusan lo ngatur-ngatur gue,” ujar Rina ketus. Ia pun langsung membuang wajahnya, mengabaikan Vano sesegera mungkin.

“Dia suka lo.”

Ucapan Vano kembali menghentikan langkah Rina. Cewek berkuncir kuda itu berhenti, tetapi tidak sedikit pun berbalik dan menatap Vano.

“Semua orang yang punya mata bisa melihat kalau Asa suka lo. Jangan pura-pura nggak tahu dan menerima semua itu. Pertegas hubungan kalian. Jangan seperti cewek murahan yang gampang dekat dengan cowok mana pun.”

Rina berbalik, menatap Vano dengan mata memerah. Air mata terlihat jelas di pelupuk matanya. Wajahnya sudah memerah, entah itu menahan marah atau tangis. Matanya lurus, menatap Vano tajam.

Vano merasa salah bicara saat melihat reaksi Rina saat ini. Rasanya, ia ingin mengulang waktu, menarik setiap kata yang keluar dari mulutnya. Namun, semua itu mustahil. Kata-kata yang keluar dari mulut seperti anak panah yang telah melesat dan tak bisa ditarik lagi.

“Udah ngomongnya?” ujar Rina dengan suara bergetar. Sejurus kemudian senyum tipis keluar dari bibir mungilnya, seolah menertawakan diri sendiri. “Cewek murahan, ya? Ternyata lo nggak berubah. Kejadian yang lalu nggak ngebuat lo introspeksi diri. Gue rasa udah cukup. Mulai sekarang, abaikan gue. Anggap kita nggak saling kenal. Lupakan semua yang pernah terjadi di masa lalu. Dengan sangat tahu diri, gue nggak akan ganggu lo lagi. Gue harap, lo juga jaga jarak dari cewek murahan ini.”

Setelah mengeluarkan semua emosinya dengan menahan air mata yang sudah bergumul di pelupuk mata, Rina benar-benar melangkah meninggalkan Vano. Gadis itu menyeka air mata yang nyatanya mengalir begitu saja tanpa aba-aba. Hatinya terlanjur sakit. Rina terpengaruh dengan kejadian di toilet tadi siang dan kini ditambah dengan ucapan Vano, orang yang Rina kira mengenalnya dengan baik, malah menyebutnya murahan.

Rina mengusap kasar air mata di pipinya sebelum memasuki rumah. Ia tahu jika papanya sudah berada di rumah karena mobil sang ayah sudah terparkir rapi di garasi. Sudah dua hari ia tidak bertemu dengan ayahnya. Setidaknya, ia harus menunjukkan wajah bahagianya. Jujur saja, Rina sangat merindukan sang ayah yang akhir-akhir ini memang jarang pulang.

SMK (Suka saMa Kamu)Where stories live. Discover now