Ia bersyukur dalam hati karena mengetahui kekebalan tubuh Allen cukup tinggi untuk mencegah munculnya infeksi

Disisi lain, ekspresi Dion kian cemberut melihat sisi kamarnya yang terlihat seperti ruang UGD, ada banyak alat-alat kesehatan yang mengeluarkan bunyi aneh

Ia mengintip wajah Allen yang sudah dibersihkan, meskipun terdapat goresan-goresan disana, itu tidak bisa menutupi wajah menggemaskan bocah berusia 12 tahun itu

Dion terkejut, berapa usia anak itu? Dari ukuran tubuhnya seharusnya seusia dengannya, tapi kenapa wajahnya mirip balita?

Frans tidak melewatkan reaksi kecil Dion, ia diam-diam memiliki harapan dengan kehadiran Allen, Dion akan kembali ceria seperti dulu










Tiga hari berlalu, tapi Allen belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun

Edgar dan Juna sudah dipulangkan terlebih dahulu oleh Frans, setelah ia memberitahukan identitasnya sebagai paman Allen

Siang ini Frans berkunjung ke kamar putranya

"Hari ini ayah harus ke kota boy, mungkin nanti malam akan pulang, tolong jaga adikmu ya"

Dion yang tengah menggambar hanya mengangguk singkat

"Jangan melakukan hal aneh, ayah mengawasi mu"

"Ya"

Mendengar jawaban Dion, Frans lantas berangkat ke kota.



Dion terus menggambar sketsa tiga orang pria yang sama, kertas miliknya bertebaran dilantai dan tempat tidur

Dion selesai menggambar dan melempar kertasnya ke belakang, kertas besar itu terbang menutupi wajah Allen, tapi Dion tidak berniat menyingkirkannya

"Ughh..."

Terdengar erangan pendek dari Allen, si empu membuka matanya perlahan dan terkejut

"Apa nih?! Anjir gue udah sampe surga!"

Bagaimana ia tidak terkejut jika saat bangun hal yang ia lihat hanyalah warna putih saja

Dion terkekeh merasa terhibur dengan tingkah Allen, ia bangkit dan menyingkirkan kertas diwajah Allen

"Loh bukan surga ternyata!"

Allen melirik kearah Dion yang berwajah datar

"Sape Lu?!"

"Harusnya gue yang tanya gitu, Lo siapa dan kenapa bisa nyasar ke villa gue?"

"Hah? Nyasar?! Gue mana tau, orang terakhir yang gue inget gue tidur di jalanan"

Dion mengernyit, ini kenapa sepupunya kocak banget sih? Ia tanpa sadar membantu Allen yang berusaha untuk duduk

"Nama?"

Allen melirik Dion sinis

"Sok cool Lo!"

"Dih! Masih mending daripada Lo, sok dewasa padahal masih bayi!"

Dion tidak mengerti kenapa ia bisa merasa santai berinteraksi dengan sepupunya itu, rasanya seperti saat ia bersama Alger dan Bryan dulu

Dahi Allen berkerut

"Gue tabok Lo pake gayungnya nenek cangkul!"

"Hah?!"

Otak Dion terasa konslet seketika, sejak kapan nenek gayung ganti profesi jadi nenek cangkul? Perasaan itu kerjaannya si kakek deh

"Ngadi-ngadi Lo! Mana ada nenek cangkul! Yang ada mah nenek gayung sama kakek cangkul!"

"Lo kurang update sih bang, sekarang nenek gayung yang ngehandle kerjaannya si kakek, soalnya si kakek asam uratnya lagi kumat!"

"Lah bisa gitu ya?"

Dion diam sejenak lantas menepuk dahinya

"Napa Lo bang? Migrain ya? Minum komik OBH dulu sana"

Dion speechless mendengar ucapan Allen, ia memilih kembali ke kursinya untuk melanjutkan menggambar

"Dahlah! Ngurusin bocah nggak bener kek Lo, emang bikin sakit kepala, mending gue lanjutin ngegambarnya"

"Sembarang! Sejak kapan gue nggak bener huh?!"

Allen melirik kearah Dion yang tidak merespon ucapannya, ia mendengus dan mengalihkan pandangan pada kertas disampingnya

"Widih..gambar Lo bagus bang"

Allen mengambil kertas didekatnya dan melihatnya seksama

'i..ini gambar gue.. Bryan sama bang Dion, kenapa bisa..?! Diantara temen-temen, yang bisa ngelukis cuma d..dia!'

Allen menatap Dion dengan ekspresi rumit

"Bang... sebenernya Lo siapa?"



Jangan lupa vote dan komen

Alger or Allen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang