16

26.1K 2.8K 39
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Bayik!!!.. hiks jangan nangis lagi cup cup cup"

Clara mendekat diikuti anak 7C yang lain, ia mengelus rambut hitam Allen

' lembut banget anjing!! Shit! Apasih yang Lo pikirin Cla, ini bayik Lo masih nangis, setidaknya hibur dulu kek'

Clara menampar pipinya sendiri, teman-temannya memandang Clara dengan tatapan aneh

' wah jangan-jangan mami kumat nih, BAHAYA!'

' udah gila kali ya dia? Kasian mana masih muda'

' emang ya kalo gila tuh gak pilih-pilih umur'

' bapaknya pasti kecewa'

Menghiraukan teman-temannya, Saka beralih menggendong Allen ala koala, tangannya sibuk mengelus punggung Allen

" Ssttt... jangan nangis"

Allen menaruh kepalanya dipundak Saka, matanya terpejam, ia benar-benar kelelahan, pertarungan tadi sangat menguras tenaganya

' akting gue bagus banget tadi, fiks! Habis ini gue harus dapet piala Oscar!'

" Yok pulang"

" Tapi Allen gimana"

" Allen sama gue"

Saka melangkah dahulu ke gerbang, ia melihat kakaknya Theo yang menunggu didalam mobil

" Loh Allen kenapa?" Tanya Theo mendapati adik kesayangannya terkulai digendongan adik laknatnya

Allen dan ketiga sahabatnya sudah berteman sejak sekolah dasar, ia juga dekat dengan keluarga sahabatnya, jadi tak heran jika mereka akan bertanya tentang keadaannya

" Tidur, habis gelut tadi" Saka duduk dibelakang dengan Allen dipangkuannya

" Dia bisa berantem?, Sejak kapan?" Raut wajah Theo terlihat terkejut

" Entah..gue juga baru tau"

Keduanya nampak terdiam, selama ini yang mereka tau hanyalah Allen yang lemah dan pendiam

Tapi sekarang tiba-tiba bocah itu bisa beladiri, hal ini jelas mengejutkan mereka, terutama Saka yang sudah melihat bagaimana Allen berkelahi tadi

' ini jelas-jelas aura seorang ahli, keterampilan bertarungnya bahkan sangat bagus, tapi... Kapan dia belajar? Kenapa gue...tidak! Kenapa kita semua tidak tau?'

" Bahas nanti aja, kita pulang sekarang"

Theo memecah lamunan Saka, ia lantas menjalankan mobilnya menuju rumah

Disebuah ruangan bernuansa putih, seorang pemuda berwajah pucat menatap tajam laptop yang menampilkan sebuah video

Telapak tangannya terkepal, menonjolkan otot-otot tipis dikulit putihnya, seringainya lebar sesaat sebelum tangannya melempar laptop didepannya

Brakk

" Tetap jaga dia, aku tidak mau ada luka sekecil apapun ditubuhnya, oh.. awasi para bajingan itu, jika mengancam bunuh saja"

" Baik tuan muda" pria yang berdiri dibelakang pemuda itu membungkuk sebelum pergi menjalankan tugas

Jari ramping pemuda pucat itu mencengkeram sebuah foto, matanya menatap nanar

Setetes...dua tetes... Air matanya jatuh, tubuhnya meringkuk ditempat tidur

" Tunggu aku adik..."

Ditempat lain...

" Lah! Ini dimana?"





Akhirnya bisa double up hehe (◔‿◔)

Jangan lupa vote dan komen.

Alger or Allen Where stories live. Discover now