[Year 7] Chapter 2. Rasa Bersalah dan Ketakutan

1.2K 113 12
                                    

Mereka semua mengikuti Mad-Eye ke luar, berpasangan dan menempati posisi masing-masing. Draco mengambil sapu terbang yang tadinya bersandar di pagar, berdiri di samping Dora, namun mengijinkan dirinya sendiri melirik Harry yang sudah naik ke dudukan samping motor Sirius dulu, dimana Hagrid sudah menaikinya.

"Nih," ujar Dora mendistraksinya sambil melemparkan mantra untuk memperingan koper dan Hedwig palsu yang di bawanya. Koper dan Hedwig palsu diikat di belakang sapu terbang, agar tetap terlihat oleh Pelahap Maut namun tidak mengganggu perjalanan.

"Terima kasih," Draco tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu!" seru Moody. "Semuanya sudah siap ya, kita harus berangkat di waktu yang bersamaan biar rencana kita lancar."

Mereka semua menaiki sapu terbang. Draco melirik Harry lagi dan bertemu pandang dengannya. Mereka berpandangan sejenak sampai Hagrid menyalakan motor hingga suaranya mengisi keheningan di udara.

"Semoga berhasil, semuanya!" Moody berseru. "Sampai jumpa sejam lagi di The Burrow. Dalam hitungan ketiga. Satu... dua... TIGA!"

Dan dengan itu, mereka mengudara. Dora terbang di sebelahnya, di sebelah kirinya, dia bisa melihat Hermione dengan Thestral bersama Kingsley... Kemudian, saat mereka sudah terbang cukup tinggi, mereka mulai berpisah, dan Dora mengedik ke arah mereka harus terbang. Draco tidak punya waktu untuk melihat Harry sekali lagi—hanya bisa mendengar suara motor yang mulai menjauh setiap detiknya. Dan beberapa detik setelahnya, mereka sudah sendirian.

Draco melirik Dora, yang mengangguk ke arahnya. Sejauh ini berjalan lancar.

Namun entah kenapa, keadaan mulai kacau.

Draco menegang ketika mulai terdapat sosok-sosok di sekitarnya. Ada dua yang mengenakan jubah hitam menaiki sapu terbang mulai mendekat ke arah mereka.

"Dora," Draco mendesis.

"Aku tahu," gumamnya. "Siapkan tongkat sihir."

Draco mengibaskan lengannya dan tongkat sihirnya langsung berada di genggamannya. Dora memberinya alat ini sebagai hadiah ulang tahunnya, saku ajaib untuk menyimpan tongkat sihirnya di pergelangan tangannya, alat yang sering digunakan para Auror saat menjalankan misinya. 'Aku yakin dengan banyak masalah yang kamu hadapi, alat ini akan berguna.', ujarnya sambil menyeringai saat itu. Draco setuju dengannya. Sekarang saja sudah terasa berguna.

Para Pelahap Maut kini sudah cukup dekat dari mereka, dan mata Draco melebar. Salah satu dari mereka berbadan besar, jelas seorang laki-laki, masih menggunakan topeng. Sedangkan satunya, seorang perempuan, sudah melepas topengnya sambil mendekat dengan seringai yang begitu lebar. Wajahnya begitu familiar.

Draco hanya pernah melihatnya dari, wanita di depannya adalah Bibinya, Bellatrix, dan berada begitu dekat dengannya untuk yang pertama kali benar-benar membuatnya tak nyaman.

"Nymphadora," panggil bibinya, nadanya begitu manis, namun menyisakan kengerian. "Keponakanku. Senang sekali akhirnya bisa bertemu denganmu."

"Wah, sayangnya aku tidak senang ketemu denganmu sih," komentar Dora, nadanya begitu tenang dan ceria.

"Oh, tidak kaget sih. Apalagi kamu sedang ada misi penting begini ya... cuma aku kaget kamu dipercaya oleh Orde untuk menjaga barang berharga begini," dia mendengus, mengedik ke arah Draco yang kini mirip dengan Harry. "Kalo dia yang asli sih. Cuma, dari yang aku dengar, kamu kan cukup ceroboh ya. Pasti karena darahmu kotor ya. Mana mungkin sih kamu dipercaya menjaga si anak emas."

Darah Draco mendidih begitu mendengarnya, murka untuk Dora. Namun Dora hanya mengedikkan bahu sambil menyeringai santai. "Siapa yang tahu, silakan ditebak-tebak sendiri dia asli atau bukan," ujarnya. "Tidak mau bos besarmu terlibat kalau belum benar-benar yakin jika yang ini asli kan?"

Do It All Over Again (INA Trans)Where stories live. Discover now