[Year 5] Chapter 14. Nasihat yang Perlu dan Tidak Perlu

1.4K 242 7
                                    

Draco menunggu-nunggu liburan Paskah dimulai—bukan karena mereka bisa keluar dari kastil, namun karena itu artinya hanya tinggal enam minggu sampai ujian OWL mereka dimulai  dan Draco bisa bernapas lega. Sejak Umbridge diangkat sebagai kepala sekolah, Draco sulit sekali bernapas dengan tenang, namun setidaknya setelah OWL dirinya tidak perlu memikirkan soal pelajaran juga.

Ketegangan di antara mereka setiap mereka bertemu lebih dari lima menit benar-benar jelas, dan Draco tidak tahu harus bagaimana. Hermione jelas menghindarinya, dan butuh waktu yang lama sampai Draco sadar bahwa alasannya adalah karena Hermione merasa sangat bersalah soal kejadian Marietta Edgecombe.

“Tapi masa salah Hermione?” Weasley menatapnya tak suka, seolah ini semua adalah salah Draco. “Dari dulu kamu selalu saja menekannya soal bagaimana dia memilih anggota Laskar, dan sekarang ketika semuanya kacau—”

“Maksudmu sekarang saat kecurigaanku terbukti benar,” potong Draco. Dia tidak akan mengatakannya di depan Hermione, tapi entah kenapa Weasley membuatnya kesal.

“Tuh kan!” sentak Weasley padanya. “Dan kamu masih heran kenapa Hermione menghindarimu!”
Draco menghela napas dan memijat pelipisnya dengan lelah.

“Dia bukannya takut padamu kok,” Harry berkata padanya untuk menenangkan. “Dia cuma marah pada dirinya sendiri. Dia merasa seandainya saja dia mendengarmu, dia pasti bisa mencegah semua ini terjadi.”

“Tapi kan sudah terlambat,” gerutu Draco. “Yang sudah terjadi ya biarkan. Menghindariku tidak akan merubah apapun.”

Baru setelah Draco menuliskan pesan marah-marah pada Hermione lewat perkamen mantra mereka, akhirnya Hermione berhenti menghindarinya. Saat itu mereka terjaga semalaman sambil bertukar pesan dan membicarakan semuanya. Saat Hermione mengutarakan pikirannya, selalu saja tidak pernah pendek, namun keesokan paginya, Hermione menarik Draco untuk memeluknya erat dan masalah itu langsung terlupakan.

Namun masalah Draco bukan cuma sekedar Hermione. Sudah beberapa minggu ini Harry terlihat begitu muram, dan Draco tidak tahu apa penyebabnya. Pertama, dia berpikir karena kejadian Umbridge dan Dumbledore, namun Draco akhirnya sadar bahwa pelajaran Occlumency Harry dengan Snape juga tiba-tiba berhenti.

“Dia bilang sekarang aku bisa latihan sendiri karena sudah tahu dasarnya,” Harry memberitahunya, tidak memandang langsung matanya.

“Yang benar saja,” seru Draco, kaget. “Kamu bahkan belum semahir itu walau dasar-dasarnya, Harry. Kamu belum bisa menolak serangan pikiranku atau Snape. Dan jangan bilang kamu sudah berhenti bermimpi yang aneh-aneh.” Harry mengernyit. “Beritahu aku yang sebenarnya.”

“Aku sudah beritahu yang sebenarnya,” Harry bersikeras, namun tidak memandang matanya. Dia benar-benar pembohong yang buruk. “Dia mungkin cuma mau buru-buru menyingkirkanku. Mungkin pikirnya aku sudah tidak bisa ditolong lagi.”

“Tapi itu tidak masuk akal, Harry,” Hermione memotong. “Yang memerintahkannya kan Profesor Dumbledore, dan dia tidak mematuhinya. Menurutku kamu harus kembali dan—”

“Tidak,” Harry menggelengkan kepalanya penuh tekad. “Sudah jangan dibahas lagi, Hermione. Oke?”
Draco mengamati ekspresinya, dan dia segera tahu bahwa apapun yang terjadi, tidak mungkin bagi Harry dan Snape untuk melanjutkan kelas mereka. Mungkin hal itu bukanlah yang terburuk, karena pelajarannya dengan Snape dari awal adalah ide yang kacau.

“Baiklah,” ujar Draco akhirnya. “Semakin sedikit kamu menghabiskan waktu dengan Snape, semakin banyak waktu yang bisa kita habiskan berdua untuk belajar Occlumency secara efektif. Aku sih tidak masalah.”

“Baiklah,” Harry mengedikkan bahu, seolah menghabiskan waktu berdua dengan Draco untuk belajar Occlumency tidak berhasil membuatnya ceria.

Harry terus-terusan bersedih hati sampai liburan Paskah tiba, dan sekeras apapun Draco mencoba, seperti bertanya langsung soal keadaannya atau selalu berada di sisi Harry dalam diam untuk menenangkannya, tampak tidak dapat menghiburnya. Draco tidak tahu harus melakukan apa.

Do It All Over Again (INA Trans)Where stories live. Discover now