[Year 2] Chapter 1. Liburan Musim Panas yang Mengerikan dan Mobil Terbang

3.1K 466 60
                                    

Buku 2: Draco Malfoy dan Buku Harian Pangeran Kegelapan

.

Draco sudah berada di rumah selama enam minggu, dan itu adalah waktu yang cukup untuk tahu bahwa dia benci liburan musim panas. Malah, sepertinya 'benci' kurang bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Dia benci Theodore Nott. Dan dia benci puding hitam.

Draco benci liburan musim panas.

Semuanya bermula saat pertama kali Draco menginjakkan kaki kembali di rumahnya, dan Ayahnya berteriak marah padanya dan melemparkan kata-kata yang begitu menyakitkan soal: Teman-temannya yang hina, Draco yang melanggar ratusan peraturan sekolah dengan masuk ke dalam koridor terlarang dengan teman-temannya yang hina itu untuk menyelamatkan benda berharga dari orang gila yang Ayahnya pernah ikuti dulu (kalau yang ini memang pantas sih Draco dimarahi, walaupun alasannya Ayahnya memarahi bukan karena khawatir dengan Draco), belum lagi karena nilai sekolahnya yang kalah dengan seorang 'Darah Lumpur' (tidak peduli nilainya nomor dua terbaik satu sekolah dan Hermione Granger adalah seorang jenius yang sulit untuk dikalahkan), dan intinya adalah, Draco dimarahi karena menjadi anak laki-laki yang sangat mengecewakan orang tua. Sebagai konsekuensinya, Ayahnya memutuskan untuk tidak memperbolehkan Draco kemana-mana selama liburan: Tidak boleh bertemu dengan siapapun, tidak boleh menonton pertandingan Quidditch ataupun belanja di Diagon Alley bersama dengan Ibunya. Draco tidak yakin apa tujuan hukuman dari Ayahnya ini—apa pikirnya berada di Manor selama dua bulan dengan orang tuanya dan para peri rumah akan dapat menyadarkannya menjadi seorang pewaris berdarah murni yang Ayahnya inginkan? Kalau iya, maka Ayahnya benar-benar keliru.

Ibunya, tentu saja sama sekali tidak terkesan dengan sikap Ayahnya. Butuh dua hari setelah Draco kembali sampai akhirnya orang tuanya bertengkar hebat. Benda-benda peninggalan keluarga sampai harus dilempar ke dinding hingga hancur berkeping-keping (sebagian besar peninggalan keluarga Ayahnya) dan suara teriakan mereka sampai terdengar hingga ke kamar Draco, padahal kamar Draco ada di atas dan jauh di pojokan, dipisahkan oleh sepuluh ruangan dari tempat orang tuanya bertengkar. Sejak saat itu, orang tuanya menjadi dingin satu sama lain. Oh, mereka sudah tidak bertengkar lagi, tapi mereka memperlakukan sama lain dengan kesopanan kaku yang dibuat-buat sampai Draco bergidik setiap menyaksikannya. Draco bersyukur Ibunya membelanya daripada membela suaminya, tentu saja, tidak enak rasanya harus tinggal di dalam rumah yang seperti lemari es. Namun, karena dirinya adalah Anak Slytherin yang tidak disukai dan selama setahun menghabiskan waktu di Asrama itu, Draco sudah terbiasa.

Yang paling buruk, jauh lebih buruk dari masalahnya di rumah, adalah dia sama sekali tidak tahu kabar Harry sepanjang musim panas. Draco tidak paham. Hermione saja mengirimnya surat setiap minggu, bahkan Weasley saja Draco tahu kabarnya, tapi Harry sama sekali tidak mengabarinya. Bukan dia satu-satunya yang tidak tahu kabar Harry. Dia juga memperlakukan Hermione dan Weasley seperti itu, membuat Draco begitu curiga.

Sudah bukan curiga lagi. Draco setengah mati khawatir.

Draco tahu, tentu saja, bahwa Harry bukanlah seseorang yang diinginkan di rumah Bibi dan Pamannya. Tidak sulit untuk menyimpulkan bagaimana dia diperlakukan di sana setelah cerita-cerita singkat Harry mengenai mereka, namun semakin lama Draco tidak mengetahui kabar Harry, semakin takut Draco akan kondisi Harry. Saking khawatirnya, Draco sampai merencanakan intervensi dengan Weasley, yang juga sama khawatirnya dengan Draco.

Ketakutannya semakin menjadi-jadi, saat di hari ulang tahun Harry, Ayahnya kembali ke rumah dengan berita bahwa Harry mendapatkan peringatan dari Kementerian Sihir karena menggunakan Mantra Pelayang di rumah Keluarga Muggle-nya. Draco sama sekali tidak mendengarkan ceramah Ayahnya soal temannya begitu mendengar berita itu, alih-alih, Draco malah panik dalam hati. Harry memang suka melanggar peraturan, tapi dia tidak akan melakukan sesuatu yang berisiko membuatnya dikeluarkan dari sekolah kalau dia tidak sedang dalam bahaya.

Do It All Over Again (INA Trans)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora