[Year 4] Chapter 8. Harga Sebuah Persahabatan

1.8K 322 105
                                    

“Draco… Draco! Bangunlah!”
Saat dirinya berangsur sadar, dia mendengarkan suara Harry. Suaranya seperti terdengar di dalam air, begitu tak jelas. Baru saat Draco diguncang dengan keras lah, dia seratus persen terbangun.

Draco menemukan mata hijau milik Harry yang begitu dekat dengan wajahnya, penuh dengan rasa khawatir saat menatapnya. Detak jantung Draco melaju cepat, walau nyawanya masih belum genap terkumpul.

“Draco,” panggil Harry pelan, dengan tangan yang mencengkram erat pundaknya. “Kenapa kamu tidur di sini semalaman?”

Draco mengerjap, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia memang tengah berada di kandang burung hantu. Hedwig dan Aquila tengah bertengger di bingkai jendela, memandang kejadian di depan mereka dengan diam. Matahari sudah terbit di langit, walau begitu, kedua burung hantu tersebut masih saja terlihat ngantuk.

Draco pastilah ketiduran kemarin malam saat kelelahan menangis, dan kedua burung hantu itu berada di dekatnya untuk memberinya kehangatan. Walaupun usaha mereka tidak terlalu berhasil karena Draco masih merasa luar biasa kedinginan, dengan tubuh yang sekarang begitu gemetar. Harry meletakkan satu tangannya di dahi Draco, memeriksa suhu tubuhnya. Dan jika tidak merasa begitu lemah, Draco pasti sudah berjengit mundur karena sentuhan itu.

 Dan jika tidak merasa begitu lemah, Draco pasti sudah berjengit mundur karena sentuhan itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Lihat, suhu tubuhmu tinggi,” Harry mengerang. “Kamu ini mikir apa sih, Draco?!”

“Aku bangun subuh-subuh dan tidak bisa tidur lagi,” Draco berbohong. “Jadi aku ke sini, terus… pasti setelah itu aku ketiduran lagi.”

“Kamu harus ke Madam Pomfrey sekarang juga, kalau begitu,” Harry menggerutu, membantunya untuk berdiri. Draco sedikit terhuyung saat sudah bangkit. Sial, Harry benar. Draco rupanya demam sekarang, dan dia merasa pusing serta lemah. Lengan Harry yang kini mengalungi pinggangnya agar dirinya tidak jatuh benar-benar sama sekali tidak baik bagi jantung Draco.

“Kok bisa kamu menemukanku?” tanya Draco dengan suara serak begitu mereka mulai berjalan menuju Ruang Kesehatan.

“Aku memeriksa petaku waktu kamu tidak ada saat sarapan tadi pagi,” Harry menghela napas. “Harusnya aku tahu kamu dimana. Kamus selalu saja ke kandang burung hantu. Padahal tidak ada bagus-bagusnya, dingin dan jendelanya juga sedikit. Bisa tidak sih kamu ke tempat lain kalau ingin galau?”

“Siapa yang galau sih,” Draco menggerutu, tapi dia tahu dia sedang berbohong. “Aku cuma ingin mengunjungi burung hantuku saja kok,”

“Iya deh, iya,” Harry memutar matanya. “Setidaknya kamu berusaha untuk tidak mati karena hipotermia kek. Aku ini sudah punya banyak hal untuk dikhawatirkan, jangan ditambah-tambahi.” Harry tetap saja marah-marah sepanjang perjalanan.

Madam Pomfrey juga sama sekali tidak terkesan dengan kondisi Draco. Dia menggerutu saat memberikan ramuan penyembuh untuk Draco, ditambah dengan ramuan Pepper-Up yang membuat uap keluar dari telinganya.

Do It All Over Again (INA Trans)Where stories live. Discover now