[Year 3] Chapter 4. Curi Dengar

1.9K 373 34
                                    

Kalau ada yang bilang bahwa Harry menyikapi berita tentang hancurnya sapu terbangnya dengan tenang, maka dia pasti berbohong. Harry benar-benar sedih selama berminggu-minggu seusai pertandingan, sampai jarang sekali berbicara, membuat Draco, juga Hermione dan Weasley, memutuskan untuk tetap tinggal di Hogwarts selama liburan demi menghibur Harry. Draco juga bukannya ingin liburan di Manor, dan jujur saja, dia serta Hermione punya banyak sekali tugas yang bisa dikerjakan sepanjang separuh liburan Natal. Mereka bisa mengerjakannya di perpustakaan.

Kebahagiaan akan bayangan menghabiskan liburan dengan teman-temannya sedikit rusak karena berita soal kunjungan Hogsmeade yang akan dilaksanakan lagi sebelum Natal tiba. Draco menawarkan diri untuk menemani Harry di kastil, bersikeras bahwa menjadi saksi pertengkaran abadi antara Hermione dan Weasley sama sekali tidak menyenangkan walaupun Draco bisa berkunjung ke Hogsmeade, namun Harry malah ngambek padanya, jadi Draco tetap pergi pada akhirnya.

Draco akhirnya berjalan ke arah Hogsmeade di tengah cek-cok antara Hermione dan Weasley soal binatang peliharaan mereka. Ketika mereka tiba di Hogsmeade, mereka mengantarkan mereka berdua ke Honeydukes sambil dirinya sendiri berpikir untuk ke toko Gladgars guna mencari hadiah natal untuk Ibunya. Draco menikmati kesendiriannya di toko itu karena tidak ada rambut merah yang berisik.

Saat Draco bertemu lagi dengan Hermione dan Weasley setelah itu, mereka berdua ternyata tidak sendirian.

"Harry?!" nada Draco meninggi, melongo pada sahabat baiknya yang tengah berdiri di antara kedua Gryffindor. Dia menyeringai pada Draco dengan senang. "Kok bisa-bisanya kamu—"

"Coba kamu dengar saja sendiri," gerutu Hermione, menatap Harry tajam seolah Harry memberikan semua tugas sekolahnya untuk dimakan oleh Hippogriff. "Coba kamu ceramahi dia kalau apa yang dia lakukan tidak masuk akal! Mungkin dia akan mendengarkanmu, Draco."

Harry memutar matanya lalu mulai bercerita pada Draco soal kejadian hari ini: bagaimana Fred dan George Weasley memberinya artefak bernama Peta Perampok, yang ternyata berhasil mereka dapatkan berkat mencuri barang-barang yang disimpan Filch, dan bagaimana cara kerja petanya. Peta yang tampak seperti kertas perkamen tua biasa itu ternyata tidak hanya bisa menunjukkannya semua jalan pintas dan tersembunyi untuk keluar masuk Hogwarts, namun juga menunjukkan siapa saja yang berada di wilayah Hogwarts.

"Menarik," gumam Draco, merasa kagum. "Peta seperti ini pasti sangat berguna."

"Beritahu dia untuk memberikan petanya pada guru!" Hermione berbisik keras.

"Loh, kenapa?" tanya Draco, tidak habis pikir.

"Apa tidak ada dari kalian yang berpikir kalau peta seperti ini bisa sangat berguna untuk melindungi sekolah dari Sirius Black?!" sentaknya. "Atau bagaimana bahayanya kalau sampai petanya jatuh ke orang yang salah?!"

"Selama masih dipegang oleh Harry, berarti petanya tidak dipegang oleh orang yang salah kan?" Draco mengingatkan. "Dan, sebenarnya sih..." Draco memandang Harry dengan tidak yakin. "Kita bisa saja kan bilang pada guru soal jalan pintas tersembunyinya tanpa memberikan petanya?"

"Dia tidak mungkin masuk lewat jalan pintas di peta ini," Harry menenangkannya. "Filch sudah tahu soal sebagian besar jalan pintas, dan jalan pintas yang lain antara tidak bisa dilewati atau berada di tengah jalan Hogsmeade, yang tentu saja sudah dijaga ketat oleh Dementor."

"Berarti, ya sudah kan," Draco mengedikkan bahu. "Kita tidak perlu memberikan petanya ke para guru." Harry menyeringai lebar, namun tatapan Hermione masih tajam, menyiratkan bahwa dirinya begitu kecewa dengan keputusan Harry. Draco sama sekali tidak peduli, karena dirinya baru saja kepikiran soal sesuatu. "Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu setidaknya tidak pakai Jubah Gaib-mu sih?"

Do It All Over Again (INA Trans)Where stories live. Discover now