[Year 5] Chapter 10. Bentuk Lain dari Cinta dan Kepercayaan

1.5K 255 36
                                    

Rasanya aneh, menjalani hari terakhir di sekolah sebelum liburan dan berpura-pura bahwa tidak ada yang terjadi, namun itulah yang harus mereka lakukan. Setidaknya Draco, tak seperti Hermione, sudah tidak ada kelas Pertahanan lagi bersama Umbridge. Kalau iya, pasti dirinya sudah dapat hukuman karena tak kuat untuk menahan diri untuk tidak memaki-maki wanita itu.

Mereka menerima surat dari Ginny di siang hari, memberitahu mereka bahwa Mr Weasley dalam kondisi yang jauh lebih baik walaupun masih di St. Mungo's. Tidak ada kabar mengenai kondisi Harry dan itu membuat Draco khawatir. Apa Ginny tidak tahu kalau Draco lebih ingin tahu soal kabar Harry?!

"Nanti akan kukabari," Hermione berjanji padanya, sambil menggenggam tangannya untuk menenangkan.

Dan dia menepati janjinya itu. Draco baru saja tiba di manor, peri-peri rumahnya merapikan isi kopernya dan saat Draco memasuki rumahnya, dia melihat gulungan perkamen yang diberi mantra oleh Hermione bersinar emas.

Draco,

Maaf mendadak, tapi bisa tidak kamu ketemu kami jam setengah lima di Leaky Cauldron? Kalau tidak mendesak aku tidak akan mengabarimu begini. Harry butuh kamu.

Salam sayang,

Hermione

Draco memeriksa jam tangannya. Baru jam empat lebih sedikit. Dia segera mengambil pena dan tinta lalu menulis.

Oke, beberapa menit lagi aku sampai sana.

Untungnya, Ayahnya sedang tidak ada di rumah. Jadi, ketika dia menjelaskan apa yang terjadi pada Ibunya, dia tidak perlu khawatir ketahuan oleh siapapun. Dia langsung ke Leaky Cauldron dengan floo dan menemukan Profesor Lupin sudah menunggunya di dekat perapian. Wajahnya yang lelah langsung ceria begitu melihat Draco.

"Draco," ujarnya senang, lalu menjabat tangannya. "Lama tidak bertemu. Maaf akhir-akhir ini jarang mengabari. Inginnya sih ngobrol denganmu lebih banyak, tapi sudah ada yang menunggumu di lantai atas."

"Lantai atas?" ulang Draco, melirik tangga yang terhubung ke penginapan. Draco belum pernah kesana lagi sejak kejadian kaburnya Harry di musim panas antara tahun kedua dan ketiga mereka.

"Iya," jawab Lupin. "Kami pikir kalian butuh sendirian untuk berbicara. Juga, semakin sedikit yang tahu kalau kalian di sini, maka semakin..." Lupin ragu-ragu untuk melanjutkan, tapi Draco paham apa maksudnya. Dia segera mengangguk.

"Oke," jawabnya. "Kamar yang mana?"

"Nomor tujuh," jawab Lupin. "Jangan buru-buru. Aku tetap akan menunggu di sini."

"Terima kasih," ujar Draco, dan dengan itu, dia langsung berderap ke atas tangga.

Lorong atas untungnya sepi, walaupun sudah masuk waktu liburan. Kamar nomor tujuh terletak di sisi kanan, dan saat dirinya menemukan kamarnya, dia mengetuk sebanyak dua kali. Hermione lah yang membuka pintunya.

"Untunglah kamu sudah datang, Draco," bisik Hermione, langsung mempersilakan Draco masuk.

Draco melihat sekeliling. Kamarnya sempit hanya berisi satu buah ranjang, kini terasa makin sempit karena ada lima orang yang berada di sana. Ginny tengah duduk di ranjang, dia tersenyum pada Draco saat dirinya memasuki kamar itu. Weasley bersandar di salah satu dinding, mengangguk padanya. Harry duduk paling jauh dari yang lain, dekat kusen jendela, dengan punggung membelakangi pintu, sama sekali tidak menyapa Draco.

"Oke," Draco memulai perlahan, sambil kebingungan dengan suasananya. "Ada apa ini? Kenapa aku dipanggil ke sini?"

"Kamu ke sini agar kamu bisa menceramahi anak itu," Ginny menjawab blak-blakan dengan menunjuk ke arah Harry. "Dia menghindari semua orang sejak kami kembali dari St. Mungo's kemarin malam, dan kami setuju kalau ada yang bisa memberitahunya sesuatu, orang yang tepat adalah kamu."

Do It All Over Again (INA Trans)Where stories live. Discover now