[Year 1] Chapter 6. Di Dalam Pintu Jebakan

3.3K 477 14
                                    

Akhir dari pekan ujian telah berakhir namun Draco melewatinya dengan penuh kekhawatiran pada Harry dan Pangeran Kegelapan. Draco selalu mengawasi Snape lekat-lekat setiap ia berpapasan dengannya, menyaingi obsesi Harry sebelumnya untuk memastikan bahwa Batu Bertuah masih aman dari pria itu. Hermione dan Weasley tidak terlalu paham soal ketakutannya. Hermione begitu yakin bahwa Pangeran Kegelapan tidak akan berani berbuat sesuatu di hadapan Profesor Dumbledore, dan Weasley menambahkan bahwa Hagrid pasti lebih ingin melompat ke danau dan memeluk cumi-cumi raksasa daripada mengecewakan Profesor Dumbledore.

Namun sebesar  apapun rasa percaya Draco pada Hagrid, dia tahu kemampuan pria itu dalam menjaga rahasia: Mereka saja bisa mendapatkan informasi darinya sebelum ini, dan Snape adalah seorang Slytherin yang lebih berpengalaman daripada Draco. Jadi Draco merasa Hermione dan Weasley sama sekali tidak mengerti sebesar apa kemungkinan bahaya yang mereka hadapi saat ini, karena mereka juga tidak ikut ke hutan waktu itu. Namun, Draco tidak bisa mengenyahkan sosok bertudung Pangeran Kegelapan dari kepalanya, dan Harry pun demikian. Untung saja Draco menghabiskan setiap malam dalam beberapa bulan terakhir untuk belajar, karena kalau tidak, dia pasti tidak akan lulus satupun ujiannya. Untungnya, Draco berhasil lulus, soal ujiannya bisa dia jawab setelah memaksa dirinya untuk melupakan kekhawatiran dan ketakutannya untuk sementara demi berkonsentrasi.

Setelah ujian terakhirnya selesai, dia langsung berkumpul dengan teman Gryffindor-nya di tepi danau. Cuacanya sedang panas dan mereka memutuskan untuk bersantai di luar dan menikmati kebebasan yang baru saja mereka dapatkan ("Kalau misalnya aku tidak ketiduran di ujian Sejarah Sihir sih," gerutu Weasley). Mereka bertiga tengah duduk di atas rumput, namun saat Draco berjalan mendekat ke arah mereka, Harry tiba-tiba bangkit berdiri, matanya membelalak.

"Aku baru kepikiran sesuatu," Draco bisa mendengar suaranya yang bernada khawatir. "Kita harus ke Hagrid sekarang." Dan dengan itu, Harry berderap pergi.

"Ada apa?" Tanya Draco, namun Harry hanya menggenggam lengannya dan menariknya. Di belakang mereka, Hermione dan Weasley mencoba untuk bangkit.

"Kenapa, Harry?" Hermione sedikit terengah.

"Apa kamu pikir tidak aneh," ujar Harry. "Yang paling Hagrid inginkan adalah seekor naga dan tiba-tiba ada orang asing yang kebetulan punya telur naga? Memangnya ada berapa orang yang punya telur naga padahal itu ilegal? Lalu, secara kebetulan dia juga bertemu dengan Hagrid? Kok bisa aku baru kepikiran sekarang?"

"Jangan bilang," Draco terkesiap, matanya melebar. "Snape?"

Bibir Harry langsung terkatup, lalu mengangguk singkat sambil meneruskan berjalan ke arah pondok Hagrid. Saat mereka tiba di sana, Hagrid sedang duduk di kursi di luar, menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam.

"Halo," sapanya, tersenyum saat menyadari mereka berempat mendekat. "Ujiannya sudah selesai? Mau minum teh?"

"Boleh," jawab Ron, namun Harry segera memotong, langsung menuju ke pokok pembicaraan, bertanya pada Hagrid soal malam ketika dia mendapatkan Norbert. Hagrid, setelah dipancing-pancing, akhirnya menceritakan pada mereka bahwa dia bermain kartu dengan sosok bertudung untuk mendapatkan telurnya dan mereka membicarakan soal Hogwarts dan hewan apa saja yang Hagrid jaga di sekolah itu.

"Dia tidak yakin aku bisa menjaganya, tidak mau naganya tidak terurus..." Hagrid menjelaskan, sambil mengernyitkan dahi mencoba mengingat-ingat apalagi yang terjadi. "Jadi aku memberitahunya, setelah menjaga Fluffy, seekor naga pasti akan  mudah..."

Draco terkesiap saat mendengarnya, Harry langsung bertanya lebih lanjut. "Apa dia tampak tertarik dengan Fluffy?"

"Tentu saja, memangnya ada berapa Anjing kepala tiga yang pernah kalian temukan? Jadi aku memberitahunya, Fluffy sih gampang diurus kalau kamu tahu cara menenangkannya, tinggal putar saja musik maka dia akan langsung tertidur—" Hagrid langsung berhenti berkata, dengan raut wajah penuh kengerian, sama seperti perasaan Draco sekarang. "Harusnya aku tidak memberitahu kalian soal itu!" Lanjutnya. "Lupakan yang barusan aku katakan!"

Do It All Over Again (INA Trans)Where stories live. Discover now