[Year 7] Chapter 1. Untuk Memenangkan Perang, Butuh Persiapan Panjang

1.2K 124 18
                                    

Ada ketukan yang terdengar di pintu kamar Draco. Dia buru-buru menggulung perkamen ajaibnya dan meletakkannya di meja sebelah ranjangnya sebelum menegakkan punggungnya.

"Silakan masuk," ujarnya.

Pintunya terbuka dan kepala Dora, sepupunya, terlihat dari baliknya. Sepupunya itu tersenyum ceria, rambut berombaknya yang kini berwarna hijau terlihat modis, dan Draco sudah siap bangkit berdiri sebelum Dora menghentikannya dengan tawa kecil.

"Tidak perlu, aku cuma mau pamit kok, mau pergi dengan Remus,"

"Iya deh, iya," Draco menyeringai, kembali bersandar pada dipan ranjangnya. "Have fun ya, pengantin baru."

Dora menyeringai dengan pipi yang sedikit memerah, membuat Draco tertawa. Dia dan Lupin baru saja menikah minggu lalu. Acaranya tidak besar-besaran, hanya dihadiri oleh teman dekat dan keluarga, dan Draco yakin pernikahan yang tiba-tiba itu karena semuanya merasa tidak punya banyak waktu karena sebentar lagi peperangan sudah akan meletus. Draco paham arah pikiran mereka, pemakaman Dumbledore yang baru saja dilaksanakan menyadarkan banyak orang bahwa menghabiskan waktu bersama orang tersayang kini adalah sebuah prioritas. Lagipula, Dora dan Lupin terlihat bahagia, walaupun Lupin juga terlihat khawatir. Dora pernah bilang, pasti suatu saat kekhawatiran Lupin akan berkurang. Draco tidak yakin akan itu, namun dia ingin memercayainya.

"Jangan menggoda aku begitu deh," ujarnya menceramahi, walaupun sambil tertawa. "Dia dulu gurumu loh, ingat kan?"

"Masa kamu tidak pernah bergurau soal menggoda gurumu?" tantang Draco. "Jangan munafik, Dora."

"Kebanyakan guru di Hogwarts mana bisa digoda sih," Dora bergidik. "Waktu jamanku dulu sih."

"Benar juga sih," jawab Draco. "Tapi di angkatanku pernah ada guru Centaur yang ganteng dan pria pemenang senyum paling menawan versi majalah Witch Weekly sih."

Dora tertawa, menggelengkan kepalanya.

"Kalau kamu sampai menggoda Lockhart, aku benar-benar harus khawatir padamu, Draco Malfoy."

"Bukan aku kok," jawabnya. "Yang harus kamu khawatirkan adalah Hermione. Dia sampai menulis namanya dan nama Lockhart di dalam gambar hati di bukunya."

Dora mengeraskan tawanya lalu melambai untuk pergi dari sana. Draco menyeringai dan ketika Dora sudah sempurna pergi, dia kemudian mengambil perkamennya yang sempat dia abaikan, lantas membukanya dan mulai membacanya lagi.

Dear Draco,

Senang sekali mendengar kabar soal Lupin dan Tonks. Mereka pantas untuk bahagia. Sampaikan salamku pada mereka dan maaf aku tidak bisa hadir dalam pernikahan mereka.

Kingsley dan Mr Weasley tadi siang ke sini untuk bicara pada Dursley soal rencana bersembunyi. Mereka merasa keberatan, aku tidak kaget sih. Tapi mereka lebih mendengarkan Kingsley daripada Mr Weasley—tidak kaget juga, mengingat Fred dan George dulu sempat mengerjai Dudley saat musim panas tahun keempat—tapi kayaknya mereka masih butuh untuk diyakinkan. Beberapa minggu ke depan pasti akan melelahkan.

Oh iya, sudah baca artikel Skeeter di koran Prophet tidak? Aku tahu itu artikel yang ditulis olehnya dan seharusnya tidak boleh dipercaya, tapi aku tidak yakin harus bagaimana. Sepertinya memang banyak yang aku tidak tahu soal Profesor Dumbledore.

Terus, aku kangen kamu. Aku sudah tidak sabar bertemu kamu lagi,

Dengan sayang, Harry.

Draco mengernyit membaca suratnya sebelum mengambil penanya dan mulai menulis jawabannya.

Dear Harry,

Aku kangen kamu juga. Sayang sekali kamu harus terjebak lagi di rumah itu. Cuma, kita berdua tahu sebentar lagi kamu akan bebas dari sana. Jadi, tahan sebentar lagi ya.

Do It All Over Again (INA Trans)Where stories live. Discover now