49. Janji Kita

597 45 62
                                    

Jangan lupa vote, comment, and share!

Aku berubah pikiran jadi selesai di part depan ya?

Bab ini bahagia. Semoga ada rasa.

Ramaikan ya biar aku makin semangat.

Selamat membaca.

***

David berjalan menyusuri mall dengan dua kotak bolu di tangannya sebagai tentengan. "Thea, lo tau nggak..."

Thea tersenyum kemudian menggeleng. Sengaja. "Gue nggak tau."

David berdecak. "Gue emang belum bilang sih."

"Lo laper?" tanya Thea tiba-tiba.

David menoleh. "Kenapa emangnya?"

Thea mengarahkan mata melihat sekeliling. Ia melihat kedai es krim. Matanya berbinar. "Eh, bolu tuh enaknya makan sama es krim."

David tertawa. "Kok random banget?"

Thea mengangkat kedua bahunya. "Ya perpaduan es krim yang dingin sama bolu yang lembut tuh kayaknya kombinasi yang sempurna sih. Lo mau coba? Gue traktir deh sekali-kali."

David tampak berpikir sebelum menyetujui permintaan Thea. "Boleh, gue mau coba."

Thea dan David melangkahkan kaki memasuki kedai es krim itu. Langkah Thea sontak terhenti begitu mendapati dua orang yang begitu ia kenali.

Melihat langkah Thea terhenti, David sontak mengikuti arah pandang Thea. Ada Galang dan Nayla tengah tertawa satu dengan yang lain. Keduanya seperti meruntuhkan sekat-sekat yang pernah tercipta.

"Lo mau pulang aja? Apa gimana? Tapi kalo boleh gue berpendapat, jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu ya? Gue takut lo sakit hati sama kemungkinan-kemungkinan yang lo captain sendiri. Bisa aja mereka mau memperbaiki persahabatan mereka aja kan?"

Thea mengangguk. "Iya. Kalo mereka berkenan, kita gabung aja sama mereka."

David menatap Thea seolah mencari kesungguhan disana. "Gue mau pesen dulu aja kalo gitu. Nanti bareng aja kesana. Apa gimana?" Tanya David meminta pendapat Thea.

"Iya bareng aja."

Kini, Thea tidak ingin terlalu cepat menilai. Sesuai perkataan David tadi, penilaian mata bisa saja keliru. Katanya, hati dapat melihat apa yang tidak terlihat oleh mata. Jadi, sebelum memutuskan semuanya, Thea harus tau sejelas-jelasnya. Ia harus tau jawaban dari semua pertanyaannya. Adakah harapan bagi keduanya? Atau memang sebaiknya berhenti?

"Hai, boleh gabung?"

Galang dan Nayla seolah dikejutkan dengan kehadiran Thea dan David.

Nayla menatap Galang sejenak. Sementara Galang menunduk. Laki-laki itu mungkin bersedih karena kehadiran Thea dan David. Juga bisa saja, Galang takut Thea salah paham. Padahal selama ini, setengah mati Galang membentangkan jarak. "Duduk aja," ujar Galang.

Thea mengambil posisi di sebelah Nayla, pun David mengambil posisi di sebelah Galang.

"Udah dari lama?" tanya Thea berusaha mencairkan suasana. Kemudian ia melihat es krim Nayla dan Galang yang hampir tandas.

"Belum lama juga sih. Gue aja yang makannya kecepetan, terlalu semangat," ujar Nayla sambil tersenyum.

David mengeluarkan kotak berisikan bolu pisang yang tadi dibuatnya bersama Thea. "Lang, Nay cobain deh. Ini cocok banget dimakan sama es krim."

KITA YANG BEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang