38. Galang vs Rey

436 55 116
                                    

Jangan lupa vote, comment and share!

Minimal 25 vote sih.

Semoga ada rasanya ya. Semoga.

Selamat membaca.

***

Hara duduk dan menatap Galang menelisik. Secara fisik, Galang dan Ilalang sangat mirip dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tapi secara sifat agaknya berbeda, Ilalang cenderung serius, sementara Galang cenderung humoris. Ternyata reinkarnasi tidak menjamin kemiripan seutuhnya. Mungkin reinkarnasi lebih kepada kemiripan secara fisik.

Galang menahan nafasnya sejenak. "Ada apa ayah? Apa Galang berbuat salah?" Tanya Galang begitu mendapati tatapan Hara.

Hara menggeleng. "Tidak Galang. Secara fisik, kamu mirip sekali dengan Ilalang. Oh iya bagaimana persiapanmu dalam menghadapi perang?"

"Berat bagi Galang untuk menghadapi peperangan ayah." Jujur Galang.

"Ayah tidak heran Galang. Tapi ayah harap kamu tetap menghadapi peperangan ini, karena kalian adalah ujung tombak bagi bangsa serigala."

"Persiapkan dirimu sebaik mungkin. Meskipun ayah juga belum tau kapan datangnya perang itu. Kebetulan ayah juga sudah meminta David untuk menyampaikan hal ini kepada para serigala yang ada di Bandung."

Galang terkejut tapi sebisa mungkin ia menormalkan ekspresi wajahnya kemudian tersenyum. "David di Bandung?"

Hara mengangguk. "Iya. David ada kepentingan di Bandung. Makanya ayah juga sekalian menitipkan pesan."

"Dia berangkatnya kapan emang ayah? Soalnya kan tadi pagi Galang masih sempat liat dia."

Hara mengerutkan alisnya dan menatap Galang. "Masih sempat melihat David? Dimana? David pamit dari semalam."

Galang melotot saat tau bahwa ia keceplosan. "Oh mungkin salah liat ayah. Iya salah liat sih kayaknya." Ujar Galang kemudian tersenyum.

"David baliknya kapan ayah? Berapa lama di sana? Kayaknya paling kurang satu tahun ya ayah atau selamanya?" Galang mengajukan beberapa pertanyaan dengan senyum yang makin merekah. Makin lama, makin bagus. Pikirnya.

"Mana ada. Dia tidak ingin lagi lama-lama di Bandung Lang. Paling besok juga dia sudah kembali."

Ucapan Hara membuat senyum Galang perlahan luntur. "Yah Galang pikir lama." Ujar Galang kecewa.

"Memangnya ada apa? Kenapa nada bicaramu kecewa seperti itu? Apa ada masalah dengan David?" Kini giliran Hara yang menyerang Galang dengan rentetan pertanyaan.

Galang menggeleng pelan. "Oh nggak ayah. Galang cuma penasaran aja."

"Ayah kalo Galang salah, apa Galang nggak berhak untuk dapat kesempatan?" Tanya Galang tiba-tiba.

Hara menatap Galang dalam. "Hanya orang yang mau memperbaiki kesalahan yang layak untuk mendapatkan kesempatan, Galang."

"Tapi Galang terlanjur kehilangan ayah. Padahal Galang mau berubah. Galang mau dapat kesempatan."

Hara menepuk Galang pelan. "Untuk apapun itu, yang sudah ditakdirkan menjadi milikmu, tidak akan pernah hilang ataupun tertukar. Mungkin kamu hanya perlu berusaha sedikit lebih keras dan percaya akan takdir."

"Oh iya Galang, apa darah suci baik-baik saja? Mungkin kita perlu menjaganya lebih ketat karena menjelang peperangan, bangsa vampire bisa melakukan segala cara untuk mendapatkan Nayla."

Galang menggeleng pelan. Ia bingung harus mulai bicara dari mana. "Ayah, Nayla baik-baik aja. Tapi akan sulit bagi kita untuk memisahkan Nayla dari bangsa vampire, karena Nayla pun mencintai seorang vampire ayah."

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now