33. Terlambat, Galang

511 51 95
                                    

Jangan lupa vote, comment, and share!

Semoga bab ini ada rasanya. Semoga.

Minimal 20 vote bisa kali.

Selamat membaca.

***

"Good pagi, selamat morning." Teriak Galang.

Galang mendudukan dirinya di ruang makan. Ia melihat Tobi sudah dengan pakaian rapi sedang sibuk menata makanan. Nasi goreng aja banyak gaya, pikirnya.

Tobi berdecak. "Nggak usah bikin sakit kepala deh pagi-pagi. Gue nggak budek, kenapa teriak-teriak sih?"

Galang menatap Tobi yang menurutnya aneh. "Lo kenapa sih? Sensi banget keliatannya. Nggak mungkin PMS kan?"

Tobi melotot. "Ckckck. Lang. Lo nggak usah bikin gue kesel dong. Gue lagi ada masalah nih." Ujar Tobi kemudian ikut duduk setelah selesai menata makanannya.

"Sedih kenapa? Masalah apa?" Tanya Galang sambil mengambil satu centong nasi goreng, kemudian diletakkan pada piringnya.

"Gue merasa dikhianati." Ujar Tobi dengan nada merengek dan mimik menangis.

Galang mengelus wajahnya. "Tuhkan, kumat. Capek gue."

Tobi makin mendramatisir keadaan. "Lang, lo nggak ngerti gimana rasanya jadi gue."

Galang mendaratkan nasi goreng itu di mulutnya, kemudian mengunyah sebelum berucap. "Gimana bisa ngerti? Lo aja nggak cerita dengan jelas."

"Gini Lang, lo bayangin semalam gue teleponan kan sama tukang sayur langganan. Terus gue udah pesan bahan makanan buat gue masak hari ini, karena persediaan makanan udah menipis. Gue tungguin dari subuh Lang, lo bayangin tapi kagak muncul..."

"Gerobaknya?" Potong Galang.

Tobi menggeleng. "Jangankan gerobak, batang idungnya kagak keliatan Lang."

Galang tertawa mendengar penuturan Tobi. "Gue kira apaan. Lo sedih gara-gara tukang sayur?"

Galang memicingkan matanya. "Gue jadi curiga lo ada hati sama tukang sayurnya. Buktinya nggak ngeliat abang tukang sayur sehari aja resah."

"Sekate-kate lo. Muke gile. Sembarangan congor lo kalo ngomong ya. Gue ada hati sama bahan makanannya, bukan tukang sayurnya. Gue cuma mikirin nasib perut gue." Ujar Tobi sambil menyuap sesendok nasi goreng.

"Nggak percaya gue." Ujar Galang.

"Yaudah, bentar nanti lanjut lagi aja berantemnya. Gue mau makan dulu yang banyak."

Galang mengambil gelas berisikan air mineral, kemudian meminumnya. "Lo regis hari ini kan? Berkas-berkas udah disiapin?"

Tobi mengangguk. "Iya, berkas yang udah ada. Soalnya masih nunggu ijazah SMA dilegalisir kan."

"Eh Lang, gue bareng..."

Galang berdeham. "Nggak. Nggak bisa. Gue mau jemput seseorang."

Tobi menyentak kedua kakinya di lantai. "Yah paku payung. Terus gue gimana? Tega bener lo sama sahabat sendiri."

Galang tampak berpikir. "Lo naik angkot aja gimana? Atau ojek mungkin?"

Tobi berdecak. "Yaudah. Kali ini gue ngalah. Tapi lo nggak mungkin jemput Nayla kan?" Tanya Tobi sambil memicingkan matanya.

Galang menggeleng. "Ya nggak."

Galang membawa piring kotornya ke wastafel, kemudian mencucinya. Setelah itu ia menepuk Tobi dan berkata. "Gue duluan ya."

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now