40. Rencana Agra

318 49 75
                                    

Jangan lupa vote, comment and share!

Minimal 30 vote yuk!

Bab ini mulai terungkap.

Nggak nyangka aku nulis sejauh ini wkwk.

Rasanya kayak percaya nggak percaya sih.

***

Tok tok tok

Atensi Galang teralih pada ketukan pintu. "Masa iya sih Tobi udah balik? Kan dia baru 10 menit yang lalu pergi buat beli makanan?" tanya Galang pada dirinya sendiri.

Galang membuka pintu dan membeku saat mendapati ada Nayla di sana.

"Galang."

Nayla menubrukan dirinya ke dalam pelukan Galang. Ia menangis seolah menyalurkan rasa sakitnya. Sementara Galang membeku, terdiam dan tidak merengkuh Nayla.

"Nay."

Galang mendorong Nayla pelan guna melepaskan pelukan Nayla. "Sorry Nay," ucap Galang begitu menangkap adanya perubahan ekspresi dari wajah Nayla.

Nayla sontak mundur kemudian menghapus air matanya. Ia menggeleng. "Gue yang harusnya minta maaf Lang. Gue nggak bermaksud."

Galang menghela nafasnya pelan kemudian mengangguk. "Lo kenapa?" Galang pernah mencintai Nayla dengan luar biasa bahkan nyawa pun tak segan ia korbankan. Jadi, meski ia sedang membiasakan diri dengan ketiadaan Nayla, rasa peduli itu akan tetap sama.

Nayla memandangi Galang. Ia tersentak begitu melihat ada beberapa memar di sana. Ia mengarahkan tangannya ke wajah Galang. "Lo kenapa Lang? Ini kenapa memar kayak gini? Siapa yang mukulin lo?" tanya Nayla beruntun dengan nada panik.

Galang perlahan menurunkan tangan Nayla dari wajahnya. "Gue nggak apa-apa. Lo tenang aja."

Nayla tercekat. Sepertinya Galang benar-benar serius dengan hatinya kali ini. Galang dengan serius membentangkan jarak bahkan dalam keadaan sedekat ini, tetap terasa jauh.

Nayla berdeham. "Apa gue boleh cerita sama lo?"

Galang tampak berpikir agar permintaannya tidak menyakiti Nayla. "Boleh, tapi di luar aja ya?"

"Soalnya Tobi lagi nggak ada. Nggak enak berduaan di rumah."

Nayla mengangguk memaklumi. Kemudian berjalan ke arah kursi yang berada di samping rumah Galang.

Galang duduk kemudian mulai bertanya. "Jadi mau cerita apa?"

"Gue mau nikah sama Tristan."

Galang menutup mata kemudian mengusap wajahnya pelan. Jujur, ia khawatir akan nasib bangsa serigala jika pernikahan itu benar terjadi. "Lo mau minta restu gue? Seberapa besar jawaban gue akan berpengaruh buat pengambilan keputusan lo?"

Nayla menggeleng. "Bukan Lang. Bukan itu."

Galang mengerutkan alisnya. "Ya terus?"

"Tristan nggak mau."

Galang terkesiap mendengar penuturan Nayla. Ia tertawa kecil. "Maksudnya gimana? Boleh nggak jelasinnya jangan setengah-setengah Nay? Biar semuanya jelas gitu."

"Lo yang kebelet nikah sama Tristan, Tristan yang berubah pikiran, apa gimana?"

Nayla menunduk. Ia menghela nafasnya pelan. "Waktu itu saat makan malam di rumah Keluarga Agra, Agra itu udah merestui hubungan gue sama Tristan bahkan sempat bahas soal pernikahan. Agra meminta Tristan sama gue untuk menikah secepatnya. Banyak kok saksinya."

KITA YANG BEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang