19. Titik Terang?

431 45 37
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya.

Selamat membaca!

***

Samar, mata Tristan terbuka. Jiwa itu sudah kembali menyatu dengan raganya. Ia mendengar banyak jeritan, tangisan dan rintihan.

"Nay." Panggil Tristan pelan. Tapi masih mampu didengar oleh Nayla.

Nayla yang menangis pun terkejut. "Tristan?!"

Seluruh Keluarga Agra, Sisi, Galang, Aurel dan Ken terkejut mendengar seruan Nayla.

"Ini kamu?" Nayla menghapus air matanya, kemudian membantu Tristan untuk duduk. 

Nayla mengelus lembut wajah Tristan. "Aku yakin kamu nggak akan mati secepat itu."

Digo dan Yasha mengeluarkan Tristan dari peti. Menawarkan Tristan untuk duduk, namun Tristan menolak. "Nggak usah. Gue nggak apa-apa."

Digo menggeleng tidak percaya. "Gila ini bener-bener gila." Digo memeluk Tristan.

Yasha dan Liora tersenyum sumringah.

Tristan mendekati dan merengkuh Nayla. "Jangan khawatir, aku baik-baik aja." Ia mengelus kepala Nayla.

Pemandangan itu membuat Galang mengalihkan pandangannya.

Setelah itu Agra memeluk Tristan. Untuk pertama kalinya, Agra tersenyum. Ia menepuk belakang Tristan. "Akhirnya, ayah tidak jadi kehilangan seorang anak."

"Gue seneng banget, Tristan." Ucap Liora.

Pandangan Tristan teralih menelusuri seisi ruangan. "Thea mana?" Tanya Tristan begitu mendapati Thea tidak ada di sana.

"Dia belum balik? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Tristan beruntun pada siapa pun yang bisa menjawab.

"Gue baik-baik aja Tristan." Ucap Thea dengan suara lantang. Ia berjalan ke arah Tristan dengan David di belakangnya.

Thea menghamburkan diri ke dalam pelukan Tristan. Tristan menutup mata dan memeluk Thea erat. "Makasih, Thea. Makasih udah nyelamatin gue. Gue nggak tau lagi kalo lo nggak nolongin gue, bisa-bisa gue mati beneran." Ucapan Tristan membuat yang lain dilanda kebingungan.

Thea menggeleng dalam pelukan Tristan. "Bukan karena gue Tristan. Itu emang belum waktunya aja buat lo mati."

Tristan melepaskan pelukannya dengan Thea, kemudian beralih menatap seorang laki-laki yang belum ia kenali. Tapi Tristan masih ingat bahwa laki-laki ini juga ada di istana Venossa tadi.  "Makasih juga ya..."

David mengulurkan tangannya sambil tersenyum. "David. Nama gue David."

Tristan menyambut uluran tangan itu. "Tristan."

Karena Digo merasa ada yang aneh, Digo memutuskan untuk bertanya. "Tunggu. Lo bilang Thea udah nyelamatin lo? Emang sebenarnya ada apa sih?"

Agra angkat suara. "Ayah yang meminta Thea untuk pergi ke istana Venossa. Karena ayah yakin ada yang tidak beres di sana, dan ayah yakin Tristan masih punya harapan."

Nayla terkejut. Jadi Thea? Thea benar-benar menyelamatkan Tristan? Meskipun Nayla tidak mengerti bagaimana caranya, tapi rasanya Nayla perlu berterima kasih untuk itu. "Makasih ya Thea." Ucap Nayla sambil tersenyum. Ia berharap, Thea sudah memaafkan.

Melihat Nayla mendekat, dan mengambil ancang-ancang untuk memeluk Thea, Thea sontak mundur. Ia mengangguk. "Sama-sama." Ujar Thea seadanya.

Refleks, David menahan Thea dengan sebelah tangannya. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Thea, guna menahan gadis itu. "Sorry, gue nahan biar lo nggak jatuh aja." Setelah itu, David melepaskan tangannya.

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now