21. Ultimatum Agra

468 50 65
                                    

Jangan lupa vote dan comment.

Disclaimer : Aku tidak punya jadwal pasti untuk update ya. Jadi, ditunggu saja.
Kalau lowong, pasti aku menulis, dan bahkan aku menyisihkan waktu untuk itu.

Meskipun kadang nggak keburu juga sih, karena aku juga kan punya kehidupan di dunia nyata.

Bab ini menyenangkan sekali.

Now playing : Melawan Restu - Mahalini

Selamat membaca!

***

Tobi membangunkan Galang di kamarnya. Jika biasa Tobi tidak sabaran, hari ini ia cukup sabar. Meskipun kesabarannya tidak setebal kamus sih, tapi setidaknya cukup.

"Lang." Panggil Tobi sambil menggoyang pelan tangan Galang.

"Hmmm."

"Bangun dulu kali." Ucap Tobi dengan segelas sari dedaunan di tangannya.

"Gue masih lemes. Pusing." Ujar Galang yang masih menutup mata.

"Minum obat dulu."

Tobi meletakan minuman di nakas, kemudian membantu Galang yang semula di posisi tidur menjadi duduk.

Galang membuka matanya pelan. Jangan heran. Meskipun Galang serigala, tapi kan dia juga manusia. Memang daya tahan tubuhnya lebih kuat dari yang lain, tapi bukan berarti tidak bisa sakit kan? "Obat apaan? Tablet apa puyer?"

Tobi menyerahkan segelas dedaunan di hadapan Galang. "Nih, pasti mendingan."

Galang menatap Tobi curiga. "Lo kira gue kambing? Lo nggak berencana buat gue mati lebih cepet dari apa yang seharusnya, kan?"

Tobi nenggeleng. "Ckckck. Nggak tau terima kasih loh ya. Ya nggak, udah baik dibikinin obat herbal." Cerocos Tobi.

"Kalo gitu lo minum duluan, baru gue percaya." Ujar Galang dengan santainya.

"Lang, lo sekate-sekate banget emang ya. Itu kan buat orang sakit. Gue nggak sakit. Kalo gue keracunan gimana?"

Galang mengangkat kedua bahunya. "Nggak mau gue. Antibiotik aja."

Tobi menepuk dahinya pelan. Bagaimana caranya untuk menjelaskan pada Galang? Obat itu racikan Thea. Harusnya aman. Harusnya. "Sekate-kate lo ya. Gue sempet-sempetin mampir ke hutan, petik dedaunan. Udah minum aja kenapa sih? Aman kok. Kan itu dibuat dengan cinta."

"Cinta siapa? Lo nggak..."

"Buset Lang. Pikiran lo udah kemana-mana. Cinta persaudaraan, persahabatan. Cinta kan bukan cuma ke pasangan." Cerocos Tobi.

"Lo minum sendiri atau gue paksa?" Tanya Tobi. Galang benar-benar menguji kesabarannya.

"Ada apa sih ribut-ribut? Udah kayak orang bener aja." Itu suara Ken. Ken muncul dari balik pintu.

Tobi menyerahkan gelas berisi dedaunan itu ke tangan Ken. "Kendedes. Pusing gue. Lo aja dah urus temen lo. Palanya batu bener. Di suruh minum obat kagak mau. Kayak anak kecil."

Ken menerima gelas itu. "Lang, minum gih." Ken menyerahkan gelas itu pada Galang. Galang mengambil dan meneguknya.

"Sekate-kate banget lo paku payung. Dari tadi kita bedebat cuma perkara minum ini doang. Lo sengaja mau ngerjain gue ya? Kagak sopan lo sama orang tua. Untung gue nggak darah tinggi." Cerocos Tobi yang membuat Ken dan Galang tertawa. Sedari tadi, Tobi benar-benar layaknya ibu-ibu yang memaksa anaknya untuk minum obat.

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now