48. Merayakan Perpisahan

465 48 37
                                    

Jangan lupa vote, comment and share ya.

Bab ini minimal 35 vote dan 70 komen ya. Bab depan udah ending soalnya.
Jadi tolong ramaikan ya!

Semoga ini membahagiakan ya.
Sekiranya bab ini bisa ada pelajarannya; untuk berdamai dengan keadaan.

Selamat membaca.

***

Keesokan harinya,

Thea berdiri dengan perasaan yang campur aduk. Ia menatap wajah teduh di hadapannya yang bahkan menebar senyum lebar.

"Ternyata hari ini udah lebih dari sebulan ya?"

Thea mengangguk. "Iya ternyata waktu cepat berlalu."

David tersenyum kemudian menatap Thea. "Jadi gimana?"

Thea menutup matanya pelan. Ia mendadak bingung harus mulai dari mana.

David menarik kedua tangan Thea. "Gue minta maaf ya?"

Thea menatap David dengan tatapan bingung. "Minta maaf karena lo dijodohin?" tanya Thea pelan.

David menggeleng. "Gue minta maaf udah maksa lo untuk tetap tinggal, bahkan saat gue tau hati lo bukan buat gue," ujar David sambil tersenyum.

Thea menggeleng. Ia menatap David. "Ini sama sekali bukan salah lo. Gue yang mulai semuanya. Jadi harusnya gue yang minta maaf."

David melepaskan tautan kedua tangannya dari kedua tangan Thea. "Kayaknya bukan gue ataupun lo Thea, tapi kita. Barangkali kita yang salah."

"Kita nggak salah, Vid. Mengenal lo itu bukan kesalahan, karena lo orang yang baik."

"Tapi seandainya kita adalah sebuah kesalahan, gue akan mengenang ini, mengenang kita, sebagai salah satu kesalahan terindah dalam hidup gue, Thea," ujar David mantap.

Thea terdiam. Sebesar inikah laki-laki itu mencintainya?

David menatap ke langit. "Ayah sama bunda udah tau semuanya."

"Hah."

Thea menganga. Ia menggeleng. Ia segera menepis pikiran-pikiran buruk yang mulai berkeliaran.

David mengusap bahu Thea. "Lo tenang aja. Mereka nggak menyalahkan siapapun Thea. Mereka paham situasinya."

"Tapi apa ini alasan dibalik perjodohan lo? Apa mereka beranggapan bahwa kehadiran gue bisa memecah belah persaudaraan antara lo dan Galang?

Layaknya pembaca dengan segala imajinasi dan interpretasinya, yang pada akhirnya menuntun pembaca untuk memilih salah satu diantara keduanya; demikian halnya Lestat. Thea paham betul bahwa Lestat mendukung hubungannya dengan Galang, baik dulu, sekarang maupun di masa yang akan datang. Bukan apa, Thea hanya takut jika David yang dikorbankan.

"Bukan Thea. Lo nggak perlu merasa bersalah untuk itu. Lo nggak perlu merasa bersalah untuk apapun yang terjadi dalam hidup gue. Itu memang udah jalannya."

"Perjodohan ini lahir atas dasar kepentingan Thea. Gue menerima tanpa paksaan sebagai suatu upaya untuk bisa berdamai dengan keadaan. Hidup bukan selalu tentang apa yang kita mau kan?"

Thea mengangguk. "Tapi gue takut Vid. Gue takut perasaan lo jadi korbannya," lirih Thea.

"Thea, ayah menyadari bahwa Tristan dan Nayla itu saling mencintai, saling melindungi. Jadi suatu saat nanti, ketika keduanya menikah dan membentuk sebuah keluarga, akan lahir kekuatan besar bagi bangsa vampire. Sebenarnya ada banyak alasan, juga banyak pertimbangan. Tapi itu, bangsa serigala harus menciptakan keseimbangan supaya nggak dibantai."

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now