17. Duka Mendalam

438 50 21
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya.

Semoga part ini ada feel ya.

Selamat membaca!

***

Galang mendudukan diri di ruang tamu. Terlihat Ken dan Tobi sementara bermain kartu. Ada Ken, karena semalam Ken menginap di rumah Galang. Maklum saja, Ken dan Galang sedekat itu. "Yaelah Lang, muka lo masih kayak begitu aja." Ujar Ken.

"Gue udah lama nggak pantun ya?" Tanya Tobi sambil tertawa.

"Sikat." Ujar Ken menimpali, kemudian tertawa.

Tobi menatap Ken dan Galang berganti-gantian. "Minum sekoteng pake kue cucur. Gue ganteng, tapi kok lo ancur?"

Ken menepuk bahu Tobi. "Heh. Pantun lo nggak nyambung tau."

Tobi tidak terima. "Eh Kendedes. Lo yang kurang ilmu. Pantun itu ada yang dua baris, ada yang empat baris ya. Selama akhirannya a-b-a-b, itu termasuk pantun. Pantun gue nyambung kok, akhirannya sama."

Ken mengerutkan alisnya. "Tapi tadi akhirannya bukan a-b-a-b?" Tanya Ken.

Tobi menepuk dahinya. "Ya amsyong. Itu namanya sajak. Akhirannya sama. Ada polanya, tapi bukan semerta-merta akhirannya harus terpaku di a atau b. Lo sekolah dimana sih? Kasian amat tu sekolah punya murid modelan begini. Makanya sekolah di tempat gue, biar pinteran dikit."

"Enak aja lo, gue pinter kali. Gue sebenernya tau kok. Maksud gue pantun lo nggak nyambung sama kondisi saat ini. Nggak revalen." Ujar Ken.

"Jiah, bukan revalen kali." Tobi menertawakan Ken. Kemudian berucap, "Yang bener itu, revelan."

Ken mengangguk. Tobi tertawa kemudian terdiam, "Tapi kok ada yang aneh ya? Lang, bener kan ya Lang? Revelan kan? Yang ada sangkut-pautnya gitu loh."

Galang berdecak. Punya temen deket kok gini amat ya? "Dua-duanya salah. Yang bener RELEVAN." Teriak Galang.

Dering telepon membuat Galang mengalihkan atensinya pada handphone. Galang mengangkat malas telepon tersebut.

"Kenapa?"

"Kok lo nangis?"

"Tristan kenapa?"

Galang menghembuskan nafasnya berat. "Iya, gue bantuin. Nggak usah nangis. Lo juga nggak usah kemana-mana. Tunggu kabar aja dari gue."

Telepon itu diputus sepihak. Galang meletakan kedua tangannya di dahi lalu menyisir ke bagian rambut.

"Tadi Nayla ya Lang?" Tanya Tobi melirik Galang sekilas.

Galang mengangguk. "Iya. Ken ikut gue yuk." Galang kemudian berdiri mengambil jaketnya.

"Buset mau kemane Lang?" Tanya Ken. Ia ikut berdiri dari kursi.

Tobi juga berdiri. "Sekate-kate lo berdua. Kan lo tau Lang di sini bertiga. Kenapa lo cuma ajaknya si Kendedes sih? Gue gimana?"

"Ssst. Urusan negara."

Terdengar lolongan serigala. Ken dan Galang saling tatap. Tobi ketakutan. "Kok ada lolongan serigala siang-siang begini sih? Gue di rumah aja deh. Lo berdua aja yang pergi." Tanya dan usir Tobi.

Ken dan Galang bergegas keluar dari rumah Galang dan melesat ke hutan.

***

"Lo senyam-senyum mulu, jadi curiga gue."

Rey ikut duduk di samping David.

David melirik Rey. "Bagus dong? Kan lebih baik senyum. Kata orang, senyum itu ibadah kan?"

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now