20. Galang Sakit

508 47 64
                                    

Happy sunday beloved readers!

Jangan lupa vote dan comment ya. Yang banyak bisa kali hihi.

Disclaimer : Jangan heran kalau part ini banyak Tobi ya. Tapi intinya dalam part ini Tobi berguna kok untuk kemajuan alur.

Selamat membaca!

***

Tobi berdecak melihat Galang masih terbaring di kasur. "Lang, lo niat ke sekolah nggak sih?"

Iya, hari ini pengumuman kelulusan. Tobi sudah siap dengan seragam lengkap. Mungkin, hari ini adalah hari terakhir mereka menggunakan seragam sekolah.

"Lang, kan mau bicarain prom night juga. Bangun kali."

Melihat tidak ada pergerakan dari Galang, Tobi mulai kesal. Ia mendekat dan menyingkap selimut yang digunakan oleh Galang. Tapi, Galang tetap tidak bergeming. "Lang."

Tobi menempelkan tangannya pada dahi Galang. "Lang lo sakit? Kok panas sih. Lo demam?"

Galang menarik selimut. "Kayaknya."

"Yah sarap. Bukan kayaknya lagi, ini udah fix. BBS. Benar-benar sakit. Jadi lo nggak ke sekolah nih?" Ujar dan tanya Tobi memastikan.

"Tapi gue harus ke sekolah. Kalo ni curut kelaperan gimana? Gue bikinin makanan dulu deh."

Tobi bergegas menyiapkan makanan di dapur. Ia membuat bubur ayam. Seadanya. Semampunya.

Tobi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bingung gue Lang. Ngurusin diri sendiri aja masih keteteran, apalagi ngurusin orang lain. Si Galang pake acara sakit segala lagi."

Seolah muncil ide berlian di otaknya, Tobi menjentikan jarinya. "Gue minta bantuan aja kali ya sama Nayla sama Sisi peniti sinden. Perempuan harusnya lebih tau. Kan kasian juga si Galang kalo nggak diurusin."

Tobi mengaduk untuk melarutkan gula dan teh panas. "Eh tapi nggak. Jangan. Gue tanya Thea aja deh. Soalnya kalo Nayla, takutnya merusak rumah tangga Nayla sama Tristan lagi. Takutnya Thea juga cemburu, terus mikir macem-macem, nah makin retak hubungannya. Sekarang aja udah di ujung tanduk. Kan si Galang lagi ketar-ketir."

Tobi mengantar bubur ayam dan teh manis panas yang sudah dibuatnya ke kamar Galang, dan meletakannya di nakas. "Lang, gue cabut dulu ya. Mana tau gue balik, lo udah sembuh."

***

Tristan mengendarai mobil menuju sekolah, dengan Digo yang duduk di samping kursi pengendara. Sementara Thea, Yasha, dan Liora duduk di belakang.

"Tristan, gue masih bingung sebenernya waktu di istana Venossa itu gimana ceritanya? Kok bisa lo kayak gitu?" Tanya Digo penasaran.

"Venossa menginginkan darah suci. Venossa juga mau supaya kita kembali tunduk, patuh, dan taat sama dia. Dia udah tau tentang kita. Kita yang menjalin hubungan dengan manusia, dan serigala. Dia merasa bahwa Keluarga Agra mulai membangkang, dan menghianati bangsa vampire dengan melindungi darah suci. Juga, bersahabat dengan bangsa serigala. Itu yang memicu kemarahan Venossa. Makanya dia kayak gitu. Kalo nggak ada yang berhasil untuk mengembalikan jiwa gue yang terkurung di istana Venossa, gue bisa bener-bener mati." Jelas Tristan.

Digo menggeleng. "Venossa bener-bener harus dihabisin sih. Parah banget."

"Venossa cuma menanamkan kebencian, permusuhan,dan peperangan. Kalian capek kan hidup kayak gitu? Mungkin sudah seharusnya Venossa lengser dari tahtanya." Jujur Thea.

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now