46. Dua Sisi Mata Koin

388 41 55
                                    

Jangan lupa vote, comment and share ya!

Yuk ramaikan yuk.

Minimal 30 vote dan 50 komen ya,
nanti aku next.

Bab ini layaknya dua sisi mata koin.

Selamat membaca.

***

Hara, Lestat, David, Aurel dan Rey tengah berada di kediaman Galang. Seusai mendengar kabar tersebut dari David, Keluarga Hara langsung menyambangi kediaman Galang.

Lestat tengah duduk sambil memeluk Galang. Sementara Hara menepuk pundak Galang. Aurel menghela nafasnya pelan, sejenak merasa kasian akan apa yang menimpa Galang.

"Kamu masih punya kami, Galang," ujar Lestat.

Hara mengangguk. "Ini termasuk dinamika dalam kehidupan Galang. Mungkin masih sulit untuk kamu terima. Tapi untuk segala sesuatu di bawah kolong langit; itu ada masanya."

Ken tersenyum simpul. Ini benar-benar bukti dari ucapan Liora bahwa sebenarnya Galang tidak benar-benar sendirian.

Galang menghembuskan nafasnya pelan kemudian menggeleng. "Tapi mamsky itu masih ada harapan kan ayah, bunda?" tanya Galang.

"Apa pernah ada yang kamu temui yang selamat dari kecelakaan pesawat? Jika mungkin di darat, kemungkinannya ada Galang. Tapi kalau di laut? Bahkan kamu sendiri bilang bahwa serpihan pesawatnya sudah ada yang ditemukan. Jadi bukankah pesawatnya hancur?" tanya Hara pada Galang.

"Jangan manjain perasaan Lang. Lo boleh berharap, tapi logika juga harus jalan. Saat ini lo harus persiapin diri dengan segala kemungkinan bahkan yang terburuk sekalipun," celetuk Rey.

Tobi sudah cukup dikejutkan dengan kehadiran Keluarga Hara yang notabenenya adalah orang-orang asing di matanya. Ia bahkan hanya mengenal David. Lalu ayah bunda? Sejak kapan mereka menjadi bagian dari Keluarga Galang? Kemudian celetukan Rey berhasil membuat Tobi menatap Rey heran. Waktu itu berantem, sekarang belaga peduli. Pikir Tobi.

David menatap Galang prihatin. "Jadi gimana perkembangan kasusnya?" tanya David lembut.

"Karena medannya laut dan jatuhnya cukup dalam, tim SAR kesulitan untuk mencari dan melakukan evakuasi..."

Ken menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan."...Tapi ada beberapa potongan tubuh yang ditemukan. Itu pun secara terpisah bukan lagi jadi bagian utuh," jelas Ken pada David.

Aurel meringis membayangkan. Ia mendekat. "Lang, akan selalu ada hal-hal yang nggak bisa disentuh oleh kematian; misalnya kenangan. Kita hanya beda ruang sekarang."

"Tapi kenangan cuma untuk dikenang; seindah apapun itu. Iya kan?" lirih Galang.

David menepuk bahu Galang. Entah sudah tepukan keberapa yang ia yakini Galang terima hari ini. "Gue yakin setelah ini, setelah lo belajar atau mungkin berproses menuju ikhlas tanpa batas, nggak akan ada lagi air mata Lang kecuali air mata kebahagiaan."

"Kami akan menemani kamu di sini, Galang. Kita ini keluarga. Jadi jangan sungkan untuk menjadikan kami tempat untuk pulang, tempat untuk bersandar, dan tempat untuk berbagi selayaknya keluarga pada umumnya," ujar Hara menguatkan.

"Kalau mau kamu juga bisa tinggal bersama kami seperti Aurel," ujar Lestat.

Galang mengangguk pelan. Ia bahkan belum bisa berbicara banyak. Ia masih butuh waktu untuk mencerna dan menerima semuanya.

"Hilang satu aja dunia gue benar-benar redup. Apalagi dua-duanya; semua bakal gelap gulita setelah ini. Dunia gue hancur," lirih Galang.

"Selama kamu masih punya kami, selama itu juga ayah pastikan, kamu akan baik-baik saja. Kamu akan bahagia setelah dirundung duka yang begitu hebat!" ujar Hara kemudian ikut memeluk Galang. Aurel, Ken, dan Rey juga mengikuti. Jadi semua saling berpelukan.

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now