9. Yasha dan Aurel

410 45 6
                                    

Di kelas Biologi, terlihat Bu Syahrini sedang memanggil nama murid-muridnya guna mengisi daftar hadir.

"Digo Syarief?" Panggil Bu Syahrini. Mendengar tidak ada jawaban, Bu Syahrini melihat ke arah kursi Digo. Kursi itu kosong.

"Thea, Liora, Yasha, Digo kemana?" Tanya Bu Syahrini heran. Pasalnya tidak biasanya Digo tidak masuk sekolah.

Thea menatap Liora. "Digo sakit bu."

Bu Syahrini terkejut, "Sakit apa? Aduh, kalian kan tiga hari lagi ujian sekolah. Harusnya bisa lebih ekstra lagi ya jaga kesehatan."

"Demam bu, harusnya bisa sembuh kok sebelum tiga hari kedepan." Ujar Yasha dengan nada tenang dan yakin, supaya Bu Syahrini tidak curiga. Meskipun, Yasha juga tidak yakin bahwa Digo akan pulih secepat itu.

"Aduh, semoga udah nggak naik lagi ya panasnya. Salam sama Digo, semoga cepet sembuh. Anak-anak, jaga kesehatan ya. Ujian sekolah udah di depan mata. Nggak bisa main-main dan absen untuk hal-hal yang kurang penting ya."

***

Pada jam istirahat, Thea melihat Yasha bergegas pergi. Thea memutuskan untuk mengikuti Yasha, ia tidak ingin Yasha bertindak gegabah dan membahayakan nyawanya.

Yasha berniat melesat keluar dari sekolah, belum sempat ia melesat Thea menahan tangannya. "Duduk." Titah Thea mengarahkan Yasha duduk di kursi taman sekolah itu.

"Lo mau kemana? Jangan gegabah Yasha."

Yasha terdiam. "Gue harus ketemu sama Aurel. Gue harus nyelesain masalah ini sama dia. Gue nggak mungkin diam, Thea. Menjadi pengecut yang juga menempatkan keluarga gue dalam masalah. Sekarang Digo, nanti siapa?"

"Mungkin Liora bener, kalo gue ngerti dari awal, nggak akan kayak gini. Ayah nggak akan bertindak sebodoh ini, dan Aurel nggak akan bertindak sejauh ini."

Benar dugaan Thea, Yasha ingin bertemu Aurel. "Terus kalo lo ketemu Aurel, lo mau apa? Menurut lo, dia bakal nurutin permintaan lo untuk berhenti dengan ini semua? Belum tentu Yasha, dia bisa aja semakin membabi buta."

"Thea, gue kenal Aurel. Dia cuma emosi dan sakit hati atas perlakuan ayah. Lo tau sendiri itu melukai harkat dan martabat bangsa serigala. Tindakan ayah nggak dibenarkan untuk alasan apapun. Gue percaya dia masih cinta sama gue. Mungkin, gue harus bicara baik-baik sama dia. Cari jalan keluar yang sekiranya nggak merugikan siapapun. Lo percaya kan sama gue? Gue akan nyelesain semuanya."

Thea menganggukan kepala. "Gue percaya sama lo. Gue percaya, Yasha. Tapi lo yakin? Gue akan temenin lo kalo gitu." Thea menawarkan diri untuk menemani Yasha, supaya setidaknya ia juga bisa menjaga Yasha, begitu sebaliknya, saling menjaga.

Yasha tampak berpikir. "Gue terima kasih banget, tapi gimana kalo gue pergi duluan, nanti lo nyusul. Biar gue juga bisa lebih leluasa untuk bicara dari hati ke hati sama, Aurel."

"Gue temenin lo dari jauh. Gue nggak akan ganggu. Gue cuma mau mastiin kalo lo baik-baik aja. Suer." Ujar Thea dengan dua jari yang terangkat seolah mengikrarkan janji.

Yasha mengacak-acak rambut Thea. "Nyusul atau nggak sama sekali?" Tanya Yasha sambil tersenyum.

"Oke, nyusul." Thea mengangkat bahunya.

"Tapi nggak usah bilang sama yang lain dulu, ya?" Pinta Yasha yang dijawab anggukan oleh Thea. Thea mengerti bahwa Yasha sedang mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan caranya. Jadi, Thea sepakat untuk itu.

***

Dalam perjalanan pulang, Thea bersama Galang. Tadi, Galang mengajak Thea untuk pulang bersama. Thea menyetujui permintaan Galang, karena searah dengan hutan yang menjadi destinasi Thea untuk menyusul Yasha.

KITA YANG BEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang