27. Jalan Yang Jauh

419 41 66
                                    

Jangan lupa vote, comment dan share ya.

Bab ini ngeri-ngeri sedap. Semoga.

Selamat membaca.

Jangan ada yang di skip!

Baca sampai paling bawah ya.

***

Galang, Ken, dan Aurel keluar dari kawasan bangsa serigala, usai mengantarkan Nayla dan Sisi ke tempat persembunyian sementara.

"Gimana? Aman?" Tanya Tristan.

Galang mengangguk. "Iya. Harusnya mereka baik-baik aja. Sebenernya mereka nggak mau ditinggalin, tapi Aurel bisa handle."

Flashback on

"Lang, kenapa sih gue harus dibawa ke sini? Kalian mau kemana?" Tanya Nayla menuntut penjelasan.

Galang menutup matanya sejenak. "Bukannya Tristan udah jelasin semuanya? Apa penjelasan Tristan juga masih kurang Nay?"

"Tapi gue nggak mau di sini Lang. Gue mau ikut sama kalian aja." Kekeh Nayla.

Sisi menatap Galang, Ken dan Aurel secara bergantian. Kemudian ia memandangi sekeliling rumah. Rumah ini memang masih layak untuk ditempati, hanya saja membayangkan kondisi sekeliling membuat Sisi bergidik ngeri. "OMG HELLO. Harus banget di tengah hutan gini ya?"

"Kenapa nggak di keramaian aja sih kalo tujuannya buat melindungi kita dari vampire?"

Aurel menatap Sisi dan Nayla sekilas. Ia menghembuskan nafasnya pelan. "Vampire punya kekuatan yang nggak dimiliki oleh manusia biasa. Sekalipun dalam keramaian, masih ada cara bagi mereka untuk nangkep kalian."

"Udah ya Nay, Si. Kali ini tolong kerja samanya, jangan keras kepala." Ucap Galang.

"Lang, gue ikut aja deh. Gue janji nggak bakal ngerepotin." Ujar Nayla dengan wajah memelas.

Sisi menyetujui ucapan Nayla. "Gue juga."

Ken menggaruk pelipisnya. "Itu bahaya buat manusia. Kalian di sini aja."

Nayla menggeleng. "Tapi gue nggak suka ada di sini. Mending gue sama Sisi ikut sama kalian aja. Kan ada Tristan, ada Digo, banyak juga yang bisa jagain. Kita juga bakal baik-baik aja kok."

"Sebenernya kita nggak punya banyak waktu cuma untuk negosiasi hal-hal receh kayak gini. Gue berharap lo berdua bisa lebih peduli sama keselamatan kalian. Kita lakuin ini juga bukan tanpa alasan. Suka ataupun nggak suka, ini antara hidup dan mati."

"Sejak awal, kita bahkan nggak pernah kasih kalian pilihan. Ini perintah." Ucap Aurel tegas.

Flashback off

Digo berdecak, kemudian menggeleng. "Susah kalo keras kepala."

Tristan mencoba untuk tidak menghiraukan ucapan Digo. "Lebih baik kita berangkat sekarang."

***

Seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan itu. Ia membungkuk sebelum memberikan informasi yang ia miliki. "Tuan, Keluarga Agra dan Keluarga Hara sedang dalam perjalanan ke tempat ini."

KITA YANG BEDAWhere stories live. Discover now