#45

329 25 0
                                    

Menuju Kerajaan Shira

-Adelene Dé Cloups-

Tujuan mereka setelah ini adalah Kerajaan Barat bernama Shira. Hari kesepuluh mereka berada di Kerajaan Iglov dengan salju yang terus turun setiap hari nya membuat mereka menunda kepergian. Telah lima belas hari mereka melewati waktu dan bulan biru semakin dekat. Walaupun Ersta menyegel jiwa penyihir putih untuk menambah waktu untuk mereka menelusuri seluruh Kerajaan yang ada.

Hari ini adalah hari ke sepuluh. Mereka berniat untuk ke menara ujung pulau. Menara yang dapat secara langsung memindahkan banyak orang ke Kerajaan yang di tuju.

Hanya saja.

Cukup jauh, memakan waktu satu hari untuk menuju ke sana. Letaknya jauh di sebelah barat dari istana.

Mereka semua sudah bersiap untuk pergi menggunakan kereta kuda dari Kerajaan Iglov. Kuda milik Joan, Veronica dan Adelene sedang sakit parah. Jadi, kuda-kuda mereka dititipkan kepada Frosta.

Kasihan kalau dipaksa untuk ditunggangi. Tujuan mereka juga sangat jauh.

Satu orang yang menemani perjalan mereka dengan kuda besar nan gagah yang sudah berada paling depan. Kuda milik Deiv dan laki-laki itu sudah naik ke atas kuda. Menggunakan jubah yang menutupi seluruh tubuhnya.

Joan dan Ratu Berliana sedang berdebat soal bekal yang diberikan Sang Ratu. Tidak banyak, hanya satu kereta kuda tambahan yang berisikan berbagai macam makanan dan minuman untuk mereka semua. Yang mungkin cukup untuk mereka selama perjalanan menuju menara ujung pulau.

"Ini terlalu berlebihan Berli," kesal Joan. Sikap Berliana yang sedikit keras kepala. Tapi, Adelene malah mengagumi Sang Ratu dari Kerajaan Iglov. Wanita lemah lembut dengan suara yang begitu lembut.

Cantik dan anggun.

Pantas saja Frost tergila-gila dengan Sang Ratu.

Adelene sebagai seorang wanita saja tidak mampu menolak pesona dari Sang Ratu. Walaupun umur Berliana tak lagi muda dan sudah memiliki beberapa anak.

Dua orang laki-laki yang setara dengan Neolan. Dan satu orang gadis yang menatapnya datar siapa lagi kalau bukan Ellina.

Mereka berada di belakang kedua orang tua mereka. Cukup berjarak hanya beberapa meter saja. Adelene melangkahkan kakinya menghampiri Ellina. Ia tersenyum menyeringai saat melihat wajah pucat Ellina.

"Kenapa kau pucat sekali?" senyum mengejek dari Adelene membuat Ellina menggeram tertahan.

"Jauhkan tanganmu dariku!" desis Ellina tidak suka. Ia segera menepis tangan Adelene yang hendak memegang bahunya.

Adelene menatap Ellina lalu terkekeh geli. "Aku tidak akan melukaimu. Lagipula, semalam aku sudah memberitahu tentang batu itu kepada Ayahmu dan Ibumu dan kau -" Adelene memberi jeda, gadis berbisik pelan di telinga Ellina, "- tidak akan bisa kabur kemanapun. Jika kau kabur maka Ibumu yang akan mati terlebih dahulu." Adelene menarik diri, ia tersenyum puas melihat ekspresi yang dikeluarkan oleh Ellina.

Adelene sedikit menyeramkan.

Matanya beralih menatap kedua kakak laki-laki Ellina tanpa minat. Ia melengos pergi dari hadapan mereka kembali ke kereta kuda.

Ellina yang awalnya ingin bermain-main dengan Adelene. Mengurungkan niatnya. Adelene sangatlah berbahaya dari perkiraannya. Ia mengira gadis berambut putih itu tidak bisa apa-apa dan hanya memiliki sihir lemah seperti orang pada umumnya yang memiliki sihir.

Ternyata ... salah besar.

Kekuatan, watak dan ucapan dari Adelene mampu membuat orang lain tidak mampu untuk melawannya. Ekspresi yang dimainkan Adelene juga sanggup membuat target Adelene diam tak berkutik. Adelene sangat jauh di atas mereka. Saintess dan Sainess bahkan tidak bisa menandingi kekuatan Adelene.

"Sial! Dia terlalu berbahaya."

-Adelene Dé Cloups-

Mereka sebagai pendatang di Kerajaan Iglov tidak menyangka bahwa jalan yang akan mereka lewati tidak semulus itu. Belum sampai setengah hari, mereka tentunya sedikit terkejut akan melewati perbukitan yang jalurnya tidaklah mulus.

Bahkan, yang berada di dalam kereta kuda semuanya turun. Mereka berjalan untuk melewati bebatuan besar, turunan curam yang hanya bisa dilewati oleh kuda yang ditunggangi ataupun dengan berjalan kaki.

Batu-batu besar di sekeliling mereka. Kereta kuda dibawa oleh para prajurit secara manual untuk turun ke bawah yang jalannya akan lebih mulus dari turunan yang terjal ini.

Sedikit dari batu-batuan itu masih diselimuti salju tipis.

Adelene merasa ia mendengar suara gemericik air. Ia dan rombongan dengan cepat turun ke bawah namun, tetap berhati-hati. Sampailah mereka di bawah dimana jalanan kembali mulus dengan tanah yang mereka pijak masih tersisa salju. Sepanjang jalan terdapat sungai yang masih tertutup dengan lapisan es yang tidak terlalu tebal, beberapa bagian juga sudah mulai mencair.

Dan juga air yang mengalir dari bebatuan besar. Sumber suara gemericik air yang tadi Adelene dengar. Tidak ada yang menarik dari perjalanan mereka selama menyusuri sungai hingga tidak nampak lagi aliran sungai.

Walaupun tadi melewati perbukitan tidak ada sama sekali pohon yang terlihat. Perbukitan batu yang tidak bisa ditumbuhi pohon apapun jenisnya. Walaupun begitu, suhu saat ini sangatlah dingin. Untung saja Ratu Berliana menyiapkan mereka juga selimut tebal dan cukup untuk mereka. Tidak untuk Adelene yang tidak bisa merasakan dingin.

"Apakah masih lama?" tanya Adelene. Ia sungguh mengantuk saat ini. Matanya telah menyipit menatap Joan dan Veronica yang sama-sama memejamkan mata.

Joan dan Veronica hanya memejamkan mata, tapi tidak tertidur. Joan melenguh panjang, ia membuka tirai dan melihat ke luar. "Sebentar lagi kita akan memasuki hutan es. Hutan yang menjadi identitas Kerajaan Iglov sebagai Kerajaan dingin."

Adelene tidak menyahut ia menguap lebar. Ia menatap Joan dan Veronica bergantian, "aku sangat mengantuk. Bangunkan aku jika kita sudah berhenti di suatu tempat untuk beristirahat." Matanya mulai terpejam disusul dengkuran halus yang terdengar.

Adelene benar-benar terlelap. Walaupun ia tidur sambil duduk.

"Tidurlah Joan. Kalau kita berkemah di hutan para lelaki yang harus berjaga di tengah malam," ucap Veronica yang masih memejamkan matanya.

Joan diam dan mulai menyenderkan tubuhnya. Ia mencari posisi ternyaman untuk mulai mengelana ke alam mimpi. Hari sudah sore, beberapa jam lagi matahari akan terbenam dan mereka akan sampai di hutan es buatan Frost yang sangat terkenal hingga ke seluruh Kerajaan di benua Drovato yang ada.

Hutan es bukanlah hutan yang berisikan banyak pepohonan yang diselimuti salju. Melainkan hutan buatan yang isinya adalah pohon yang terbuat dari es. Bentuknya menyerupai pohon seperti umum-nya namun, terbuat dari es abadi yang tidak akan mencair. Rumornya terdapat hewan buas yang biasanya tinggal di salju ataupun monster yang memang berada di setiap Kerajaan namun, tersembunyi keberadaannya.

Jadi, tidak ada yang berani masuk ke hutan es itu. Sekali masuk tidak akan pernah bisa keluar. Kecuali Frost yang mendampingi mereka. Makanya, rumor tentang hewan buas dan monster cepat menyebar karena manusia yang masuk ke sana tidak akan pernah bisa kembali.

-Adelene Dé Cloups-

Adelene Dé Cloups Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang