#09

790 49 0
                                    

Neolan 2

-Adelene Dé Cloups-

Sehari setelah Neolan terbebas dari penjara bawah tanah kediaman Baron. Laki-laki itu nampak lebih hidup, tidak ada lagi raut putus asa. Vahmiya yang notabenenya adalah orang yang sangat menyayangi kedua kakak beradik itu kini mengeluarkan tangis harunya.

"Bibi sudahlah jangan menangis. Lagipula, aku dan kakak sekarang baik-baik saja!"

Vahmiya tersenyum tipis, "aku hanya terharu Adelene."

Neolan menatap Adelene dengan perasaan yang berbunga-bunga, kerinduannya terbalas saat ini. Bertahun-tahun tidak melihat fisik dari adiknya membuat Neolan kehilangan separuh jiwa. Neolan mengelus kepala Adelene, Adelene menoleh ke arah Neolan yang tersenyum lembut menatapnya.

"Kakak apa kau makan dengan teratur selama aku tidak ada?" tanya Adelene. Gadis itu terlihat khawatir.

Vahmiya yang mengerti keadaan pun pamit undur diri. Memberi ruang agar kakak beradik yang sudah lama tidak berjumpa itu berbincang.

"Aku selalu diberikan makan tiga kali dalam sehari. Tapi, itu tidaklah enak. Jadilah aku jarang memakannya, kalau sudah sangat lapar aku bisa menghabiskan tiga piring sekaligus," katanya seraya terkekeh.

Adelene mencibir, "pantas saja kau terlihat sangat kurus." Matanya menatap sang kakak lembut, "setelah ini aku hanya ingin kau memakan makanan yang banyak, walaupun harus menghabiskan uang dari ayah yang penting kau tidak terlihat kurus seperti ini."

"Tenanglah Adelene, aku ini pintar dalam mengatur isi perut!" Adelene terkekeh geli melihat kakaknya yang membusungkan dada.

Pikiran tentang beribu koin yang diberi ayahnya untuk mereka menyambung hidup terlintas. Ide cemerlang hadir di benaknya.

"Kakak, bukankah kau mewarisi sihir ayah?" tanya Adelene penasaran.

Sihir yang dimaksud Adelene adalah sihir inventory. Neolan mengangguk dan ia mulai mengeluarkan mana untuk membuka sihir inventory miliknya. Ia mengeluarkan sebuah kain yang tidak terlalu panjang berwarna silver atau perak.

"Ini adalah belda yang harus kau pasang saat ingin bertarung," kata Neolan. Laki-laki itu mengikat kain tersebut pada lengan sebelah kanan Adelene.

Adelene melihat kain tersebut dan tubuhnya seakan dimasuki oleh energi asing.

"Apa ini dilapisi sihir?"

Neolan mengangguk lagi, "ini dapat meningkatkan energimu. Gunakanlah jika itu perlu kau gunakan."

Adelene mengangguk mengerti. Keduanya dilanda keheningan. Adelene memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah ini. Menghela nafas gusar, pikirannya kali ini buntu. Sudahlah lebih baik ia mengikuti alur saja dan menikmati waktu berharga bersama sang kakak tercinta.

"Kakak, apa kau tidak ingin bertemu dengan ibu?" tanya Adelene.

Neolan terdiam, "sebenarnya aku sudah mengetahui kalau ibu dijadikan sebagai alat bayar oleh ayah demi tambang emas itu."

Adelene tentunya terkejut.

"Tapi, aku tetap tidak bisa mencegah. Adelene, maafkan kesalahan ibu semasa kau kecil ya? Ibu sangatlah menyayangimu, dia berlaku kasar karena pengaruh sihir hitam yang mengontrol pikirannya kala itu." Adelene lagi-lagi terkejut dengan fakta-fakta yang ia ketahui sepekan ini.

Adelene Dé Cloups Where stories live. Discover now