Takutnya akan menyinggung Sang Raja. Walaupun dirinya selalu semena-mena dimanapun ia berada apalagi saat melihat makanan. Adelene tetap merasa rendah, takut, dan merasakan ragu. Baik kepada orang lain ataupun dengan dirinya sendiri.

Ia menghembuskan nafas berat.

"Yang mulia apa boleh aku bertanya?" tanyanya.

Joan, Veronica dan Raja Iglov menatap Adelene.

"Silahkan saja," balas Raja Iglov.

Adelene menampilkan senyum kakunya, mencoba memberanikan diri. "Kenapa warna rambut, kulit dan matamu sangat berbeda dengan para rakyat ataupun bangsawan yang lain? apa hanya dirimu yang berbeda di antara ribuan orang yang berada di Kerajaan Iglov?"

Semuanya terdiam. Keenam makhluk itu menatap Adelene terkejut akan pertanyaan yang dilontarkan Adelene dapat membuat orang mungkin akan tersinggung.

Raja Iglov nampak tidak terkejut dengan pertanyaan yang dikeluarkan Adelene. Ia malah tersenyum saat mendengarnya. Inilah akhirnya dari semua rahasia yang ia simpan rapat-rapat dari orang luar.

Karena, hanya dirinya yang seperti ini.

Berbeda.

Perbedaan yang mungkin tidak disukai rakyatnya sendiri. Takut akan diasingkan untuk kedua kalinya. Memutuskan untuk menutup diri dari dunia luar dan orang lain. Hanya orang-orang di dalam istananya lah yang dapat melihat fisiknya secara langsung.

Bahkan, seluruh struktur Kerajaan dirinya sendiri tidak mengetahui fisik dari dirinya. Saat mengadakan rapat atau pertemuan penting ia mengenakan jubah dan juga topeng untuk menutup tubuhnya dari atas hingga bawah.

"Sebaiknya aku menyebutkan namaku terlebih dahulu. Namaku adalah Frost dan aku sama seperti mereka," terangnya sambil menatap keenam makhluk legenda itu yang diam membatu.

Joan, Veronica dan Adelene menatap mereka terkejut. Jadi, Sang Raja dari Kerajaan Iglov adalah salah satu makhluk legenda?

Suatu kenyataan yang mengejutkan mereka bertiga.

"Kau makhluk legenda?" tanya Adelene gugup. Ia takut salah bicara.

Frost mengangguk mengiyakan, "aku berasal dari dunia immortal tepatnya kerajaan es."

Adelene mengerutkan keningnya, "ada kerajaan di dunia immortal?" tanyanya terkejut.

"Tentunya ada. Apa lagi yang ingin kau tanyakan?"

Adelene diam. Pikirannya sibuk memikirkan hal-hal indah tentang dunia immortal. Sungguh menarik dan membuatnya ingin segera ke dunia immortal.

Apakah akan seindah yang ia bayangkan?

Seandainya iya, Adelene tentunya sangat senang.

"Kau pengecut!" hardik Eliza tiba-tiba. Mereka semua menatap Frost nyalang seakan mengobarkan peperangan kepada orang yang mereka tatap.

Frost hanya tersenyum maklum. Ia merasa pantas mendapatkan perkataan itu dari Eliza.

"Kalian mengenalnya?"

Pertanyaan bodoh dari Adelene. Mereka berasal dari dunia yang sama sangat besar kemungkinan bahwa mereka saling mengenal.

Tapi, kenapa Eliza menyebut Frost pengecut?

"Sebenarnya ini salahku. Aku menentang alam dan menikahi seorang manusia yang sekarang menjadi istriku."

Adelene tertegun. Frost pasti sangat mencintai istrinya sampai ia rela menentang alam dari dua dunia yang berbeda.

"Lalu?"

"Aku menghabisi banyak nyawa yang tinggal di dunia immortal termasuk dari kaum mereka."

Ketiga orang yang baru saja mengetahui kebenaran nya hanya diam dan tentunya sangat terkejut dan tidak menyangka akan sejauh itu.

"Demi wanita yang kau cintai?"

Frost mengangguk, ia susah payah agar tidak mengeluarkan air matanya yang dapat berubah menjadi kristal es. Adelene yang melihat nya terkejut. Lagi-lagi makhluk immortal membuatnya tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun karena apa yang mereka miliki sungguh diluar nalar.

"Bahkan, aku menghabisi nyawa ayahku sendiri yang menentang keinginan ku untuk menikahi manusia dan benar aku adalah seorang pengecut. Aku menghilang dari dunia immortal dan berakhir disini menjadi seorang raja. Aku hanyalah anak angkat Raja sebelum nya. Dewa mungkin masih menyayangiku dan memberikan kesempatan bagiku untuk menembus kesalahan yang aku lakukan di dunia immortal."

Adelene sedikit bersimpati. Tapi, memang Frost melakukan kesalahan yang fatal. Berakibat perpecahan seluruh negri dan kerajaan yang berada di dunia immortal.

Frost menyesalinya.

"Kau belum meminta maaf kepada seluruh ketua klan yang berada di dunia immortal," geram Eliza. "KAU PENGECUT FROST, SETELAH MEMBUAT MASALAH LALU KAU MENINGGALKAN SEMUANYA YANG TELAH KACAU KARENA ULAHMU. KAMI BERSUSAH-PAYAH AGAR SEMUANYA BAIK-BAIK SAJA DISANA. TAPI, MAAF DARIMU YANG DITUNGGU BERTAHUN-TAHUN."

Sungguh kesal Eliza dengan Frost yang melarikan diri dari masalah. Ia menatap Frost yang sudah menunduk dan menangis.

Adelene, Joan dan Veronica diam dan melihat saja apa yang akan keenam orang itu lakukan.

Alesya menatap Frost datar. Tidak ada raut wajah yang menyenangkan dari dirinya. "Kau tahu Frost? ada seorang anak yang kehilangan ayahnya karena keegoisan mu. Kami bangsa mermaid hanya menunggu kehadiran mu untuk meminta maaf secara langsung kepada seluruh bangsa mermaid yang ada." Senyum hambar terlukis di bibir Alesya.

Kini, Ravi yang akan angkat bicara. "Kau membasmi hampir setengah dari bangsa Elf bulan. Mereka juga menunggu permintaan maaf darimu."

"Kau telah membunuh banyak binatang Frost. Entah kenapa Dewa bisa memberikan kesempatan untukmu yang telah merusak alam."

"Beberapa werewolf juga mati karena ulahmu. Keluarga mereka hanya ingin kau meminta maaf atas apa yang kau lakukan."

"Kau telah menghilangkan segel pengikat para Drakula. Aku hanya ingin kau menemukan kembali segel tersebut atau kau bisa membuatnya jika kau mau."

Adelene paham. Bangsa mereka hanya ingin permintaan maaf dari Frost. Benar-benar fatal apa yang Frost lakukan.

"Frost ... kau hanya perlu meminta maaf. Satu kata yang sangat mudah untuk diucapkan tapi, kenapa sangat susah untuk kau ucapkan? hanya permintaan maaf tidak lebih." Alesya berkata bijak.

Frost dalam diamnya ia sungguh menyesal. Tidak ada jawaban dari Frost membuat mereka menghela nafas.

Melihat tidak ada penolakan dari Frost. Mereka harap Frost akan melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sedari dulu.

-Adelene Dé Cloups-

Adelene Dé Cloups Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt